24 April 2011

Sustainable Relationship



Banyak bangeettt orang yang bertanya kepada saya mengapa saya mengambil ekonomi kalo dasarnya saya dari teknik, aristektur pula. Baiklah, saya akan menerangkannya disini soalnya saya baru tau kalo ngomong itu capek dan membuat rahang saya pegal. *nggak ngerti gimana mijetnya*
Karna saya berkutat dengan desain perkotaan, saya harus mempelajari seluruh aspek yang membuat kota itu berkembang dan syukur dia bisa berkelanjutan (sustainable). Sustainable development itu tentang bagaimana mengembangkan suatu kota untuk kehidupan yang lebih baik, bukan hanya untuk masa kini namun juga untuk generasigenerasi kita selanjutnya. hal ini dapat dicapai dari keadilan sosial yang dapat diakses seluruh lapisan masyarakat (secara universal) mulai dari ketersediaan lapangan pekerjaan, penggunaan sumberdaya alam yang efektive dan melindungi sumber daya alam baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dan jika mungkin, meningkatkan kualitas lingkungan, memelihara kestabilan pertumbuhan perekonomian serta menydiakan sarana prasarana untuk kegiatan yang dilakukan masyarakat.

Sebuah sistem yang berkelanjutan dan seimbang tidak mungkin tanpa melihat pembangunan ekonomi dan kebutuhan masyarakat akan kegiatan tersebut. oleh karena itu, dalam merencanakan suatu kawasan yang berkelanjutan, harus memperhitungkan ketiga aspek tersebut, masyarakat, lingkungan dan ekonomi.


Industrialisasi mempengaruhi tingginya arus urbanisasi di perkotaan dan ini menuntut pengembangan perencanaan kota *seperti yang terjadi di Inggris jaman dulu sehingga tercipta garden city dan ini tercipta karena aspek ekonomi*. Secara umum, perencanaan untuk pengembangan kota meliputi aspek : lingkungan, konservasi warisan budaya lokal, teknologi tepat guna, efisiensi infrastruktur, akses sosial, integrasi antara wilayah satu dengan yang lain dan integrasi kelembagaan. Saya akan mencoba menjelaskan beberapa point tersebut dan hubungannya dengan ekonomi :
  1. Keseimbangan dengan Alam : keseimbangan dengan alam menekankan pada efektivitas memanfaatkan sumber daya alam dan konservasi yang harus kita lakukan. Tidak membangun seluruh wilayah dengan aspal ataupun bangunan merupakan salah satu contoh yang paling sederhana, pembangunan diwilayahwilayah yang rawan juga harus diperhatikan, mulai dari wilayah sempadan sungai, daerah yang memiliki kelerengan yang tajam, memperhatikan pembuangan limbah *ini menyebabkan biaya eksternalitas negatif perkotaan*, dan kegiatan lain yang dapat merusak alam. Disini kita harus memetakan wilayah mana yang merupakan daerah rawan, meningkatkan habitat alam dengan membuat daerah konservasi, pengendalian pembangunan dan kepadatan bangunan, serta mengembangkan desain untuk lebih ramah dengan lingkungan. Disini ekonomi mengajarkan bagaimana pemenuhan kebutuhan yang tidak terbtas dengan sumberdaya yang terbatas, sehingga dapat terjadi efektivitas dan keseimbangan yang dimaksud.
  2. Keseimbangan dengan Tradisi dan Budaya : tradisi dan budaya yang banyak dianggap klenik bagi sebagian besar masyarakat modern sekarang ini, namun sebenarnya itu merupakan ajaran untuk menghormati dan menjaga alam. Dengan adanya tradisi dan budaya ini menciptakan karakteristik khusus untuk suatu kota. Pengembangan pembangunan kota dengan menggunakan polapola arsitektur setempat dapat memberikan rasa estetika bagi kota dan mengkomunikasikan nilai budaya bagi masyarakatnya.
  3. Teknologi Tepat Guna : teknologi tepat guna disini menekankan pada pemakaian bahan bangunan teknik konstruksi, manajemen proyek dan teknologi yang sesuai dengan karakteristik pembangunan wilayah dan masyarakatnya. Jadi tekonologgi tepat guna disini tidak hanya pada segi konstruksi bangunan saja, namun juga pondasi untuk mengembangkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
  4. Integrasi Masyarakat : sebenarnya masyarakat dari dulu kala suka dengan yang namanya hidup berkelompok dan itu menimbulkan perasaan yang nyaman dan aman bagi mereka, namun sayangnya sekarang ini kehidupan masyarakat yang suka berkelompok itu berkurang, ini disebabkan karena kegiatan masyarakat yang semakin banyak, pekerjaan, lamanya penggunaan waktu di jalan (baca : traffic jam alias macet) serta kurangnya ruang untuk komunikasi masyarakat seperti plaza,taman, gallery dan sebagainya. Dengan masyarakat yang solid dpat mengurangi gejolak sosial dan kondisi yan seperti itu dapat mengurangi konflik sosial dan mendukung pembangunan kota, baik dari fisik, sosial maupun ekonomi.
  5. Efisiensi : Prinsip ini merupakan efisiensi konsumsi sumberdaya baik itu untuk sumberdaya alam, energi, waktu, sampai sumberdaya fiskal *kalo menyebut fiskal pasti semua orang tahu ini tentang pendanaan dan lagilagi bersinggungan dengan perekonomian*, namun semuanya juga memperhatikan aspek kenyamanan penduduk, keamanan, keselamatan dan akses sehingga terjadi optimalisasi lahan publik, sarana prasarana umum dan infrastruktur ditunjang dengan meningkatkan coverage masyarakat dan wilayah, akses dan kelangsungan lingkungan.
Dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan, lingkungan dan kualitas hidup di kotakota, ekonomi berperan penting bagi pengembangan kota untuk menuju kearah tersebut, dalam perencanaan kota dan wilayah, bukan hanya soal desain kota, namun keseluruhan aspek yang ada didalamnya.
*lumayan yah kalo menjelaskan pada satu per satu orang, makanya saya tulis saja, jadi semua orang bisa mengerti, terimakasih* :)



23 April 2011

A Love So Beautiful



Dimana cinta bukan hanya hubungan antara dua insan makluk hidup,
Saya punya teman yang terobsesi dengan belajar *oh my God, how come?*. Beberapa kali dia mengeluh sakit kepala setelah dia menghabiskan 3 buku dalam semalam untuk mendapatkan konsep yang dia inginkan, dan ketika dia mau pergi ke dokter, dia takut kalo dokter bilang 'jangan belajar telalu keras' *jedukjedukin kepala ke tembok*

Ketika saya bertanya kenapa dia sangat suka belajar, dia menjawab : it's all bout love. Just like man wants always to be with someone he loves, always.  
*walopun kedengarannya romatis, namun saya pikir ini kasus yang sangat langka dalam dunia percintaan, tapi baiklah, persepsi setiap orang berbeda dan saya menghormati setiap perbedaan pandangan itu*

Yang saya tau, belajar tidak hanya dari buku, pengalaman hidup lebih berharga daripada hanya belajar dari buku karena tidak semua pengalaman terkait dengan halhal tertentu yang semua orang bisa mendapatkannya, berbeda dengan buku yang siapa saja dapat membacanya.

Ayah saya pernah berkata : 
hidup itu seperti masuk di hutan belantara, kamu harus punya senjata untuk menghadapi kondisi hutan yang penuh dengan musuh, berfikir secara cepat, siapkan strategi yang tepat untuk menghadapi setiap marabahaya yang datang tak terduga.
 tapi apakah setiap marabahaya itu ada di buku panduang masuk hutan?

19 April 2011

Agriculture in Urban Area?







Tingginya urbanisasi juga akan membawa kemiskinan dalam perkotaan dan jika terjadi terus menerus akan terjadi kerawanan pangan. Pada tahun 2020, urban area di negara-negara berkembang Afrika, Asia, dan Amerika Latin akan menjadi rumah bagi sekitar 75% dari seluruh penduduk , dan delapan dari sembilan kota diantisipasi mega-dengan populasi lebih dari 20 juta dan diperkirakan pada tahun 2020, 85% masyarakat miskin di Amerika Latin, dan sekitar 40-45% dari orang miskin di Afrika dan Asia akan terkonsentrasi di urban area. dan kebanyakan kota di negara berkembang mengalami kesulitan besar untuk mengatasi dengan perkembangan urbanisasi ini dan tidak dapat menciptakan kesempatan kerja formal yang memadai bagi masyarakat miskin, urban area juga memiliki tambahan masalah dengan pembuangan limbah perkotaan dan air limbah dan udara menjaga dan kualitas air sungai.

Urban area, selama ini dikenal sebagai kawasan konsumsi tinggi untuk pangan tanpa dapat memproduksinya kembali dan bergantung pada supply rural area, padahal rural mulai ditinggalkan karena lapangan kerja yang terbatas, tidak adanya investasi yang masuk karena buruknya infrastruktur dan jaringan telekomunikasi, jika ini terjadi secara terus menerus, maka akan terjadi kerawanan pangan dan dibeberapa Negara sudah mulai mengalaminya.
Untuk itu, diperlukanlah suatu gerakan yang bernama urban agriculture alias membawa kegiatan pertanian ke dalam urban. Urban yang selalu dikenal dengan kegiatan sekunder dan tersiernya, harus menerima kegiatan primer untuk mempertahankan kebutuhan pangan.
Pertanyaan mendasar adalah apakah bisa? mengingat penggunaan ruang di urban area yang sangat padat ditambah dengan kegiatan masyarakat yang sangat sibuk?
Urban Agriculture Skala Makro
Urban Agriculture Skala Meso
Urban Agriculture Skala Mikro


Jawabannya pasti bisa, penggunaan lahan perkotaan di Indonesia cenderung sprawl, sehingga banyak sekali vacant land, mengapa kita tidak memanfaatkan vacant land itu untuk kegiatan pertanian? (asal bukan pertanian ganja) , pemerintah juga dapat memanfaatkan lahan marginal seperti pinggiran rel kereta, sempadan sungai agar tidak digunakan sebagai permukiman liar sebagai lahan pertanian.

Jika kita lihat dari segi ekonomi, pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi seharihari yaitu antara 60% sampai 70%, jika sayur, buah ataupun ikan dapat diproduksi sendiri tanpa membeli dari pasar atau pasar swalayan akan dapat menghemat pengeluaran sehingga masyarakat bisa menabung atau menggunakannya untuk keperluan lain seperti pendidikan, kesehatan ataupun perumahan. Harga pangan kita semakin meningkat karena tingginya biaya produksi, kurangnya produksi, konversi lahan dan tingginya transport cost, jika beberapa sektor bisa ditekan, misalnya untuk transport cost dari desa ke kota, maka biaya pangan akan lebih terjangkau. Ini yang coba kita implementasikan, jika pertanian dihadirkan di kota, maka transport cost lebih rendah daripada membawa produksi pangan dari desa ke kota, selain itu kualitas pangan akan lebih baik karena tidak terlalu lama dijalan.
Dengan adanya urban agriculture berarti akan mengembangkan ekonomi lokal, kegiatan ekonomi mikro pun akan tumbuh karena akan terjadi kegiatan input pertanian, pengemasan sampai pada kegiatan pemasaran, dimana yang akan berperan banyak disini adalah wanita (karena wanita lebih suka bercocoktanam daripada lakilaki), dan dampak akhirnya nanti dapat mengurangi kemiskinan. 

Urban agriculture juga akan berdampak pada ekologi urban, karena dengan bertambahnya banyak tanaman, maka dapat menyerap polusi. Limbah juga akan berkurang karena dengan adanya kegiatan ini, pengolahan sampak organik rumah tangga menjadi pupuk kompos akan meningkat sehingga dapat mengurangi volume sampah urban. Pemerintah dan stakeholders akan lebih memperhatikan masalah limbah cair, karena dengan limbah yang diolah dengan benar akan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian (sebagai irigasi karena terbatasnya ketersediaan air di urban area), ditambah lagi mereka juga tidak ingin kan, kalau makanan yang akan masuk ke perut mereka terkontaminasi oleh limbah yang mereka hasilkan sendiri?

Kita dapat mengembangkan urban agriculture dalam sekala mikro terlebih dahulu, yaitu rumah tangga, kita bisa memaulai menanam sayuran atau buat dari plastic bag, dan jika ini berhasil, dapat dikembangkan pada skala yang lebih besar, manfaatlain yang akan kita dapat adalah urban area akan lebih sustainable dengan segala penanganan limbah dan kegiatan, sehingga akan lebih nyaman dihuni. So, dare to try?

18 April 2011

Priit..!! Priit..!!

Kendaraan di perkotaan, tiap harinya mengalami peningkatan, jika tidak diimbangi dengan penambahan luas jalan akan menimbulkan kemacetan. Tapi permasalahan bukan hanya pada kemacetan dan lingkungan, namun juga dalam penggunaan ruang, terutama parkir.

Ruang parkir on street di Jakarta kalau tidak diatur dengan baik akan menimbulkan masalah dalam kelancaran lalu lintas karena dengan sistem parkir yang tidak tertata dengan baik malah menyebabkan kepadatan lalu lintas, waktu pemilik kendaraan untuk parkir dengan kondisi jalan yang padat akan menambah wakt tempuh perjalanan, di sisi lain, jumlah ruang parkir on street semakin hari tidak bertambah, namun semakin hari semakin berkurang karena digunakan untuk busway.

Jakarta, sepertinya harus mengurangi parkir on street dengan melihat pertambahan jumlah kendaraan seperti ini, namun pasar kendaraan pribadi tidak dapat kita batasi, karena masyarakat membutuhkan kendaraan pribadi untuk mobilitas mereka yang tinggi, disisi lain, pemerintah belum dapat menyediakan angkutan public yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan parkir adalah dengan menyediakan gedung parkir yang jelas akan menghemat luasan ruang, tetapi dengan catatan gedung parkir tersebut harus terkoneksi antara lokasi kegiatan. Memang tidak mudah untuk melaksanakan itu, namun pengelola gedung atau pusat kegiatan juga harus bertanggung jawab dalam ketersediaan lahan parkir, mereka harus memperkirakan kebutuhan lahan parkir untuk menampung kegiatan yang ada di dalamnya, tentu saja dengan berbagai asumsi pertambahan jumlah kendaraan dan jumlah penduduk yang beraktivitas di dalamnya, sehingga tidak akan menggangu kelancaran lalu lintas dan kemanan kendaraan itu sendiri.

Gedung parkir sebenarnya akan memberikan banyak manfaat bagi pengguna karena kendaraan akan aman, kepadatan lalu lintas berkurang, sehingga jalan menjadi lebih lancar dan waktu tempuh perjalanan akan berkurang. Dengan memaksa pengendara untuk berjalan kaki ke lokasi kegiatan, akan mengurangi kepadatan kendaraan di jalan dan kalau mereka keberatan untuk jalan kaki, mereka harus menggunakan kendaraan umum. Pemilik lokasi kegiatan juga dapat memberikan layanan feeder atau shutle bus untuk membantu para pemilik kendaraan sehingga keduanya akan diuntungkan. memang tidak mudah, namun pelanpelan harus dilaksanakan. 

Kondisi on street parkir di Jakarta saat ini juga masih memprihatinkan, tidak adanya sarana parkir seperti rambu garis parkir, garis marka parkir, papan retribusi, jalur tunggu, gardu parkir, kurangnya juru parkir dan manajemen parkir yang tidak jelas, karena seringkali juru parkir tidak memberikan karcis parkir pra pengguna atau yang sering terjadi juga adalah satu karcis parkir bisa digunakan berkalikali, sehingga tidak terlihat jumlah penerimaan daerah yang sebenarnya dari sektor ini.

Kalau kita melihat dari sisi pendapatan parkir yang dikelola oleh pemerintah daerah, sepertinya banyak potensi yang lepas disini. Dengan pertambahan jumlah kendaraan setiap tahun, dan jumlah ruang parkir yang semakin lama semakin berkurang, seharusnya terjadi pertambahan pendapatan, namun yang terjadi adalah target dan realisasi beberapa tahun ini seperti stagnan. Dengan melihat kondisi yang masih lemahnya metode pemungutan retribusi parkir menyebabkan jumlah penerimaan yang tidak sesuai dengan potensi pendapatan yang sesungguhnya atau malah terjadi keocoran penerimaan pendapatan dari retribusi parkir.
Nampaknya sistem yang ada harus di evaluasi kembali, sudah sesuai atau belum dengan kondisi sekarang ini, jangan sampai dengan menggunakan metode lama, malah pemerintah daerah merugi, padahal penerimaan daerah tersebut juga akan dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk pembangunan dan programprogramnya.

Notes : thanks to Mrs. Reni S. luv u. :)

17 April 2011

Men Sana In Corpore Sano

Kemarin seorang teman saya yang masih sekolah kedokteran itu bercerita, dia sedang bertugas di suatu kota (sebelah Jakarta persis, masuk area Jabodetabek), disana hanya ada suatu rumah sakit kecil dan saat dia bertugas terjadi banyak sekali kasus yang secepatnya ditangani. 
Salah satunya adalah seorang ibuibu yang kepalanya terluka parah akibat kekerasan rumah tangga dan menyebabkan pendarahan dalam, malangnya nyawa ibu tersebut tidak dapat ditolong karena tidak adanya dokter spesialis di rumah sakit itu dan karena teman saya itu adalah dokter gigi, dia tidak dapat menolong pendarahan dalam tersebut. Dan parahnya lagi, ibu itu karena miskin dan tidak punya uang (dia dibawa ke rumah sakit oleh anaknya yang masih berumur 12 tahun) maka ibu tersebut seperti setengah ditelantarkan dan seperti dibiarkan meninggal.
Bayangkan bagaimana perasaan anaknya melihat ibu nya seperti itu.

Disisi lain saya sangat menyayangkan kondisi yang sangat ironis seperti itu. Berbagai program yang ditawarkan pemerintah masih belum dapat mengcover masyarakat miskin, infrastruktur perawatan dan pelayanan kesehatan juga belum memadai, begitu juga dengan service. Lalu, kemana kah para dokter lulusan universitas kita?  Kalau hal itu terjadi di daerah yang dekat dengan ibu kota negara kita, lalu bagaimana nasib saudara kita yang bermukim di pedalaman Kalimantan atau Papua yang akses nya sangat sulit?

Jika kita melihat dari sisi jaminan kesehatan di Indonesia, kita sendiri memiliki banyak sekali permasalahan mulai dari UndangUndang yang belum selesai, tidak adanya JUKLAK di pusat, sedangkan di daerah tidak ada peraturan yang mengatur tentang itu, satu sisi, kita tidak memiliki dana dan badan khusus untuk jaminan sosial kesehatan. Dana yang ada selama ini ada, merupakan bentuk transfer dari pusat kepada Kementrian atau Lembaga (K/L), sehingga kita tidak memiliki anggaran khusus untuk itu. Masalah antar instansi yang menangani juga sangat banyak, contohnya saja yang akhirakhir ini terjadi adalah penggantian biaya klaim dari Rumah Sakit yang menangani ke PT Askes, PT Askes ke Kementrian Kesehatan, karena tidak adanya Badan khusus yang mengatur masalah keuangannya serta adminstrasi dan birokasi.

Kalau kita membandingkan negara kita dengan negaranegara lain di dunia, contoh yang terdekat dengan Vietnam, dalam urusan jaminan sosial kesehatan masyarakat itu sangat jauh sekali bedanya. Public health di Vietnam berani menanggung sektor informal yang memiliki ensecure income, dan mereka memasukkan pertanian sebagai sektor informal. Vietnam mengcover public health untuk petani dengan memberikan subsidi sebanyak 70% dari total pelayanan dan perawatan kesehatan, petani hanya membayar 30% dari layanan itu. Sepertinya menyenangkan bukan?

Di Brazil yang juga merupakan negara berkembang dengan luas wilayah yang hampir sama dengan Indonesia dan juga memiliki jumlah penduduk yang besar, faktor geografis yang menyebabkan inequity, baik dalam sosial ekonomi dan masih adanya kesenjangan ras, mereka berusaha untuk memberikan layanan public health yang dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat secara keseluruhan tanpa kecuali.

Brazil juga telah melakukan reformasi terhadap public health and social insurance dimulai pada tahun 1988. Reformasi ini dimulai dari segi pendanaan, dimana negaranegara Amerika Latin lainnya mengcover penduduknya dengan melihat demand pelayanan dan perawatan kesehatan masyarakat, maka Brazil melakukan sebaliknya.Brazil melihat dari supply (kemampuan financial negara) untuk public health insurance, dengan kemampuan financial yang dicadangkan pemerintah, Brazil dapat mengcover masyarakat yang paling bawah terlebih dahulu dengan menetapkan programprogram yang dapat mereka lakukan.
Di negara Amerika Latin lainnya, reformasi financial tersebut memiliki efect jangka pendek yang sangat memuaskan, namun jika dilihat dalam long run, itu tidak akan berhasil, apalagi banyak negara yang political economic nya tidak mendukung sistem tersebut, sehingga banyak yang failure. Brazil, dengan segala kegiatan yang dilakukannya, memang tidak menunjukkan perkembangan yang baik dari sisi short run, sedangkan dalam jangka waktu long run, Brazil menunjukkan kemampuan yang sebenarnya, sistem yang dilakukan Brazil ini bersifat sustainable, baik dari sisi sosial maupun economic dan political economic negara tersebut juga mendukung seluruh program public health insurance yang dilakukan.

Pendanaan public health insurance sekarang ini berasal dari dua sumber, yaitu dari pemerintah (berasal dari general tax, sperti pajak property, pajak pendapatan, dll) dan dari swasta. Peranan swasta di sektor public health Brazil juga sangat besar, mayoritas kalangan ekonomi yang sudah mapan menggunakan asuransi yang ditawarkan swasta, namun swasta dan masyarakat ekonomi mapan harus memberikan subsidi kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah untuk mendapatkan layanan kesehatan yang lebih baik.  

Keberhasilan Brazil tidak sematamata dari segi sistem pendanaan, desentralisasi dan partisipasi masyarakat memiliki peranan penting dalam keberhasilan tersebut. 
Brazil memiliki tiga tingkatan administrasi, yaitu mulai dari pemerintah Federal, Negara Bagian dan Pemerintah Kota. Dana berasal dari pemerintah Federal dan Negara Bagian, di bagian ini, pemerintah harus menyiapkan dana sebesar minimal 12% dari anggaran untuk public health insurance, sedangkan untuk pemerintah bagian Kota, mereka harus dapat menyerap minimal 15% dari anggaran untuk ini, dan sistem ini berhasil dengan sangat baik, beberapa kota dan negara bagian dalam beberapa tahun ini malah dapat menyerap melebihi target, dan ini pertnda bagus untuk kegiatan tersebut.
Partisipasi masyarakat berperan penting dalam menentukan keberhasilan sistem ini. Masyarakat dalam level kota berkumpul setahun sekali di Balai Kota untuk membahas program yang mereka perlukan, berapa besaran dana, cash flow dana sampai menjadi saksi kegiatan kontrak dengan pihak ketiga, sehingga masyarakat dan pemerintah bertanggung jawab akan seluruh program yang mereka rencanakan.

Yang menarik di Brazil adalah, kita tahu luas daerah Brazil untuk perairan hanya 0,2% dari total wilayah negara dan pemerintah menyediakan layanan ambulance (di Brazil disebut dengan SAMU), tidak hanya ambulance konvensional, tapi juga perahu atau boat ambulance yang didalamnya dilengkapi oleh alatalat medis yang memadai, hanya untuk menjangkau daerah yang kesulitan akses melalui darat.
Disparitas layanan di daerahdaerah terpencil (terutama di Brazil bagian Utara yang terdapat hutan Amazon) semakin berkurang karena pemerintah memberlakukan kegiatan yang universal dan multidisiplin, pemerintah Brazil memiliki standarisasi layanan sendiri untuk mengatasi masalah pembangunan wilayah yang sprawl karena kondisi geografis. Tim yang di kirim ke daerah terpencil tersebut minimal harus terdapat dokter umum, dokter spesialis, perawat, perawat pembantu dan ditunjang dengan program lainnya seperti program pengadaan obatobatan dan SAMU, sehingga program tersebut harus dapat mengcover masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan memiliki pendapatan di bawah UMR.

Sepertinya sangat menyenangkan bukan? Tapi health insurance di Brazil juga memiliki banyak kelemahan, terutama sumber pendaaan, yang dahulu didapat dari sektor pajak, nah sekarang ada pajak yang dikuranngi karena pengurangan pajak tersebut digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Brazil sewaktu terjadi krisis kemarin, sehingga menyebabkan berkurangnya pendapatan untuk Kementrian Kesehatan Brazil, sehingga layanan dan infrastruktur kurang memadai.

Walaupun setiap negara punya kelebihan dan kekurangan masingmasing, tetapi harusnya Indonesia belajar dari ini. Public health sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian negara, dengan kesehatan masyarakat yang terjamin, maka produktivitas kerja akan meningkat, dan bukannya sistem jaminanan kesehatan kita juga telah diatur dalam UU No 40 tahun 2004, tapi bagaimana dalam pelaksanaannya?

9 April 2011

Tu' Wa', Tu' Wa' ...








Parahnya kondisi pedestrian line kita tidak hanya berlaku di satu dua kota di Indonesia, hampir seluruh kota di Indonesia belum memiliki pedestrian line yang aman, nyaman bagi penduduknya.
Kemacetan dan kepadatan jalan, memaksa para pemilik kendaraan bermotor roda dua untuk naik ke trotoar tanpa memperdulikan para pejalan kaki. Kurangnya tempat parkir ditambah dengan banyaknya kendaraan, juga menggeser fungsi pedestrian line menjadi tempat parkir.
Memaksa seluruh pejalan kaki untuk 'masuk' ke badan utama jalan, sehingga membahayakan keselamatan pejalan kaki, apakah ini kota yang manusiawi?   

Trotoar adalah ruang komikasi sosial dan politik dari sebuah kota,
karena di trotoar kita dapat saling menyapa antar penduduk kota, pola komunikasi dalam kota juga akan terjalin.
Trotoar adalah salah satu bentuk arah kebijakan pembangunan,
dengan melihat dan membandingkan kondisi trotoar kita dapat melihat apakah pemerintah peduli dengan lingkungan dan golongan ekonomi lemah dengan mengurangi jumlah kendaraan pribadi dengan memperbanyak kendaraan umum, dimana trotoar merupakan salah satu akses untuk mendapatkan kendaraan umum yang dibutuhkan masyarakat kota dan mengurangi tingkat polusi.
Dengan kondisi trotoar yang memiliki kualitas yang baik, terlihat dari lebar trotoar yang memadai, ketinggian trotoar yang mudah digunakan untuk seluruh lapisan dan golongan masyarakat (baik anak kecil, manula maupun difable), street furniture, sign and posting yang membantu para pedestrian, keamanan pejalan kaki, akan mengurangi kemacetan kota karena masyarakat akan lebih nyaman untuk berjalan kaki dibandingkan dengan naik kendaraan pribadi.



bazaar street 
window shooping and bike line too 
 comfort and savety 


Pedagang kaki lima yang selalu ada di barang public ini juga tidak dapat dihilangkan dengan menggusur, selama kegiatan perekonomian kita masih belum dapat membuka lapangan pekerjaan baru yang banyak menyerap pengangguran, masih tingginya kredit usaha, kebijakan untuk investor yang berbelit dan infrastruktur yang tidak mendukung, maka sektor informal akan masih bertahan.Pedagang kaki lima tidak akan digusur, namun ditata dipinggir trotoar sesuai dengan kelompoknya, dengan diberi utilitas penunjang yang memadai, maka PKL tidak akan lagi menjadi pengganggu untuk pejalan kaki, bukan lagi hanya tempat singgah bagi pemilik kendaraan bermotor, namun akan menjadi salah satu daya tarik.
Bukankah sangat menyenangkan jika kita dapat berjalan kaki segaligus bisa mencoba berbagai jenis makanan atau minuman ringan dan melihat hasil kerajinan atau barangbarang lucu lainnya? *mulai berimajinasi* *contoh : Bazar strret yang ada di Paris*
Namun dengan persyaratan si pejalan kaki tidak boleh seenaknya sendiri membuang sampah sembarangan, (maaf) meludah seenaknya. Dengan memberlakukan dengan tegas dan keras, moral hazard tersebut kemungkinan dapat dihindari, disini yang perlu ditekankan bukannya mereka harus takut dengan peraturan dan para aparat penegak hukum, namun kesadaran akan ketertiban dan kebersihan lingkungan yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 

Dengan berjalan kaki di pedestrian line yang nyaman, kita dapat window shopping, melihat barangbarang yang ditawarkan di toko. Trotoar juga mempunyai fungsi untuk promosi, sehingga melalui etalase toko saja, masyarakat bisa tau apa yang ditawarkan oleh produk itu. Dan ini akan menguntungkan bagi pihak penjual maupun pembeli.
Media iklan berupa balihobaliho itu, jika tidak ditata rapi akan merusak pemandangan kota. Sayangnya pemerintah kita jarang yang memikirkan tentang tataruang baliho, iklan dan media promosi lainnya. Mereka sering memberikan izin tanpa verifikasi. Semua ini tentang pendapatan daerah.

Pedestrian merupakan salah satu sektor yang membentuk ruang suatu kota, pattern, yang sayangnya dilupakan oleh pembuat kebijakan begitu saja.
Pemerintah dan pembuat kebijakan harus benarbenar memperhatikan masalah ini jika ingin mengurai masalah kemacetan, polusi dan perekonominan daerahnya.
Ini dapat dimulai dari perencanaan tata ruang kota yang fokus pada masyarakat pedestrian, penetapan kawasan pedestrian dan jalur hijau, sampai implementasi yang sesuai dengan blueprint. Konsistensi dalam implementasi blueprint sangat diperlukan karena yang biasa terjadi adalah terjadi penyimpangan yang sangat jauh antara blueprint dengan implementasi, kekuatan politik bagi pengambil keputusan untuk penyediaan pedestrian harus kuat. Saatnya pengambil keputusan untuk berpihak untuk masyarakat bawah, dimulai dari pembuatan desain dan konsep yang jelas.

7 April 2011

Flood and Float







Semakin pesat pertumbuhan suatu negara, maka semakin cepat pula arus urbanisasi, ini dikarenakan banyaknya kegiatan industri, jasa dan perdagangan yan menyerap banyak lapangan pekerjaan dan memberikan kontribusi yang besar dalam penerimaan daerah maupun negara.

Pertumbuhan kegiatan ekonomi di daerah perkotaan disebabkan oleh :
  • Jaringan infrastruktur yang memadai dan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan daerah pedesaan
  • Lebih dekat dengan pasar (konsumen) sehingga dapat mengurangi transportation cost
  • Lebih dekat dengan jaringan (kawasan industri / cluster atau aglomerasi) sehingga dapat menguntungkan perusahaan, karena dengan sistem tersebut, mereka dapat berbagi informasi, sharing bahan baku yang dibutuhkan dan menghemat untuk beberapa faktor produksi, termasuk untuk biaya pembangunan infrastruktur dasar.
  • Kedekatan dengan institusi administrasi yang mengatur kegiatan.
Tingginya urbanisasi jika tidak dapat ditangani dengan baik, maka akan memunculkan berbagai permasalahan, selain permasalahan tentang penggunaan lahan, penyediaan infrastruktur sampai pada penyediaan lapangan pekerjaan sehingga menyebabkan  kemiskinan kota atau city slump.

Banjir merupakan salah satu akibat dari kemiskinan kota yang tidak dapat ditangani dengan baik oleh pemerintah kota. Khusus untuk DKI Jakarta, banjir telah lama menjadi permasalahan, bukan hanya dalam dekade ini saja, namun sejak jaman penjajahan Belanda.

Jakarta sendiri memiliki topografi yang terlalu datar dan ketinggiannya hampir sama dengan permukaan laut, ini membuat siklus hidrologi air perkotaan sangat rumit untuk mengembalikan air ke "jalur" semula jika tidak dibantu dengan tingginya daerah resapan. Dengan masuknya Belanda di Jakarta dan mulai membuat Jakarta menjadi "pusat administrasi penjajahan", banyak pembangunan yang dilakukan, mereka mulai untuk meluruskan beberapa sungai yang mengalir di Jakarta, membangun bentengbenteng, kantor dan perumahan dengan sangat tertata rapi, ditambah dengan sistem sarana prasarana serta utilitas kota yang sangat memadai. Mereka membuat kanal seperti di Venice selain untuk sistem drainase sekaligus untuk sistem transportasi, namun Belanda menggusur masyarakat pribumi ke daerah yang paling buruk, sehingga para pribumi tinggal di daerah marginal dan mulai menutup rawarawa dan situ untuk kegiatan perumahan.

Para pribumi tidak diberikan akses untuk masuk ke kota yang didirikan oleh Belanda dan kota yang dibangun Belanda seperti "kota terlarang" di China. Penduduk pribumi yang dapat mengakses ke dalam hanya para priyayi atau para pejabat.




Disparitas ekonomi antara kotakota yang miskin (Indonesia) dengan kota kaya yang di bangun oleh Belanda sangat besar, termasuk infrastruktur dan kegiatan yang ada di dalamnya. Kota yang dibangun Belanda tumbuh pesat, mengakibatkan kebutuhan akan pekerja yang banyak, sehingga terjadilah urbanisasi, namun para pekerja tidak tinggal didalam kota yang dibangun oleh Belanda, mereka menyewa lahan dan rumah yang ada diluar core inti perkotaan dengan sarana dan preasarana penunjang hunian yang buruk, sehingga jika hujan, karena tidak memiliki saluran drainase dan sekaligus mendapat "limpahan air" dari kota yang dibangun Belanda menyebabkan wilayah permukiman mereka kebanjiran. Padatnya perumahan tanpa adanya penataan ruang yang baik dari tuan tanah menyebabkan dampak banjir semakin parah, ditambah dengan tidak adanya sistem sanitasi permukiman yang baik sehingga semua kotoran juga ikut "muncul" bersama banjir, akhirnya terjadi wabah penyakit dan ini banyak menelan korban jiwa.

Semakin lama, banjir dan penyakit semakin menjadi, dan banjir akhirnya mulai masuk ke dalam kota yang dibangun oleh Belanda, memaksa warga "kelas atas" untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Namun itu tidak menyelesaikan masalah, para warga dan tokoh masyarakat meminta masalah banjir diselesaikan secepatnya sehingga pemerintah Belanda mulai mencanangkan program urban renewal serta membuat kanal barat dan timur untuk mengatasi banjir, program ini tidak berjalan dengan mulus karena masalah pendanaan (terjadi great depresion pada tahun 1930an), inflasi naik begitu tajam sehingga pengeluaran pun membengkak, dan negri Belanda pun terpaksa harus menghentikan proyek tersebut.

Setelah jaman kemerdekaan, pelaajaran akan kesalahan penataan ruang dan kebijakan yang ngesampingkan masyarakat miskin yang diberikan oleh Belanda pun diabaikan begitu saja oleh pemerintah. Pembangunan hanya memikirkan pembangunan perkotaan, mengejar pertumbuhan eonomi yang tinggi tanpa adanya pemerataan ekonomi, disparitas tersebut semakin besar dalam negara. Bagaimana dengan disparitas sosial ekonomi di perkotaan? sama saja.
Kemiskinan di perkotaan, disebabkan masyarakat tidak dapat mengakses hunian yang layak, sarana prasarana infrastruktur pendukung, pola jaringan dan sistem transportasi yang baik karena tingginya biaya hidup di perkotaan, walaupun pendapatan mereka juga tinggi jika dibandingkan dengan daerah pedesaan dan biaya hidup di perkotaan masih belum dapat mencukupi kebutuhan dasar.

Daya beli masyarakat untuk mendapatkan hunian yang layak dengan sarana dan prasarana yang memadai masih sangat rendah, banyaknya jumlah penduduk yang ada di kota, menyebabkan permintaan akan tanah dan hunian sangat tinggi (demand) namun ketersediaan tanah tetap (supply) kecuali terjadi aglomerasi perkotaan, namun menyebabkan transportation cost tinggi (karena jarak dari pheripheri area ke CBD yang cukup jauh), menyebabkan harga tanah dan rumah tinggi, dan hanya golongan ekonomi tinggi yang dapat membelinya.
Masyarakat golongan ekonomi rendah akhirnya menempati marginal area, ruang terbuka yang tidak sesuai untuk peruntukannya tanpa adanya sarana prasarana penunjang hunian yang memadai, mereka memanfaatkan tepian sungai untuk bermukim, mendapatkan kebutuhan air dari sungai, sanitasi juga memanfaatkan sungai, begitu juga dengan pembuangan sampah, sehingga sungai menjadi "daerah belakang" masyarakat ekonomi rendah. Akhirnya tingginya pencemaran disungai membuat kota menjadi kumuh, air tidak dapat mengalir dengan baik dan terjadi banjir, menyebabkan biaya eksternalitas negatif tinggi.

Banjir dan kemiskinan memang tidak dapat terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Dengan berbagai program yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi banjir, tanpa membuat kebijakan untuk pengentasan kemiskinan kota, maka permasalahan banjir tidak akan selesai.