20 Mei 2012

My  d i g n i t y

Hire Me Please


Hampir setiap hari saya ke kantor naik bis (kadangkadang naik ojek soalnya) dan sering banget ketemu ama pengamen dan orangorang  baru. Entah ini sedang menjadi trend atau apa dikalangan pengamen, banyak dari mereka yang menyanyikan lagi ciptaan mereka sendiri, yang liriknya banyak berisi tentang sulitnya hidup di Jakarta, pengangguran, korupsi dan pemerintah beserta janjijanjinya yang mereka anggap gagal. Bagi saya yang menarik adalah ketika mereka mencoba untuk mengkritisi betapa lemah pemerintah untuk menyediakan lapangan pekerjaan. Kalau soal pengangguran dan peranan pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan, pasti sangat luas ceritanya.


1.       Kondisi pengangguran dan Statistik Ketenagakerjaan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja merupakan suatu indikator yang digunakan untuk menunjukkan seberapa besar penduduk usia kerja di suatu wilayah yang bekerja ataupun sedang mencari pekerjaan Dari data terlihat bahwa angka paertisipasi kerja di Indonesia rata-rata adalah 67%, angka ini tergolong sedang dan yang bukan termasuk dalam usia kerja sebesar 23%. Adapun yang termasuk bukan angkatan kerja antara lain adalah pelajar, ibu rumah tangga, pensiunan dan lainnya.
        Angka pengangguran di Indonesia sangat fluktuatif, pada tahun 2005 angka pengangguran di Indonesia tergolong tinggi, yaitu sekitar 11% yang kemudian mengalami penurunan. Keadaan ketenagakerjaan Indonesia Februari 2009 :
·         Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2009 mencapai 113.74 juta jiwa, bertambah 1,79 juta jiwa dibanding jumlah angkatan kerja Agustus 2008 sebesar 111,95 juta jiwa atau bertambah 2,26 juta jiwa dibanding Februari 2008 sebesar 111,48 juta jiwa.
·         Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2009 mencapai 104.49 juta jiwa, bertambah 1.94 juta jiwa dibanding keadaan pada Agustus 2008 sebesar 102.55 juta jiwa atau bertambah 2.44 juta jiwa dibanding Februari 2008 sebesar 102.05 juta jiwa.
·         Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2009 mencapai 8.14 %, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan penganggutan Agustus 2008 sebesar 8.39% dan pengangguran Februari 2008 sebesar 8.46%.
·         Dibanding Februari 2008 hampir seluruh sektor mengalami peningkatan lapangan kerja, kecuali sektor konstruksi yang mengalami penurunan lapangan kerja sebanyak 120 ribu jiwa dan sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi yang menurun sebanyak 60 ribu jiwa. Sektor yang mengalami peningkatan terbesar adalah sektor perdagangan yaitu naik 1.16 juta jiwa, sektor jasa kemasyarakatan naik 830 ribu jiwa dan sektor pertanian naik 340 ribu jiwa.
·          Pada februari 2009, jumlah penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan sebanyak 28.91 juta jiwa (27.67%), berusaha dibantu buruh tidak tetap sebanyak 21.64 juta jiwa (20.71%) dan berusaha sendiri brjumlah 20.81 juta jiwa (19.92%).
·         Berdasarkan jumlah jam kerja maka Febrauri 2009 penduduk yang bekerja diatas 35 jam per minggu mencapai 73.12 juta jiwa (69.98%), sedangkan yang bekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 8 jam per minggu hanya sekitar 1.58 juta orang (1.51%).
·         Pekerja dengan pendidikan SD ke bawah mengalami penurunan sebanyak 190 ribu jiwa dalam setahun terakhir (Februari 2008 -  Februari 2009), namun jumlahnya masih tetap mendominasi lapangan kerja di Indonesia yaitu sebanyak 55.43 juta jiwa (53.05%) pada Februari 2009[1].

Dari data diatas, dapat diketahui bahwa setelah krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997/1998, pertumbuhan ekonomi semakin membaik, inflasi juga semkain menurun, semakin rendah inflasi berarti perekonomian semakin stabil dan terjaga, hutang luar negeri Indonesia semakin menurun, namun tidak dengan tingkat pengangguran yang tetap, jika melihat negara-negara lain, mereka berhasil menurunkan tingkat pengangguran.
·         Data diatas memperlihatkan sulitnya untuk menurunkan tingkat pengangguran di Indonesia,salah satunya terkait dengan tingkat investasi di Indonesia yang masih lemah. Dana yang dengan mudah ‘keluar-masuk’ di Indonesia tidak membawa perubahan yang berarti bagi pengurangan ketenagakerjaan di Indonesia. Investor hanya ingin proses produksi di Indonesia dengan memakai tenaga kerja Indonesia yang upahnya harus “banting harga” agar tidak kalah bersaing dengan negara-negara asia lain yang memiliki karakteristik jumlah penduduk dan tenaga kerja yang mirip dengan Indonesia, contoh China dan India, tanpa adanya transfer teknologi, sehingga jika perusahaan tersebut sewaktu-waktu keluar dari Indonesia, maka angka pengangguran akan langsung naik secara drastis.
·         Di sisi lain, pencari kerja Indonesia adalah dominannya memiliki latar belakang pendidikan yang rendah, yaitu SLTP ke bawah. Dengan tingkat pendidikan yang rendah dan kurangnya keahlian, membuat daya saing Indonesia dengan negara lainnya semakin lemah. Namun tidak berarti pemerintah diam saja, pemerintah banyak membuka Balai Latihan Kerja (BLK) yang tersebar di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kualitas SDM. Keadaan lain yang mempengaruhi pengengguran adalah kesempatan kerja, sekitar 44% kesempatan kerja ini berada di sektor pertanian dimana produksi sektor ini masih tergolong rendah. Transformasi ekonomi yang merubah kegiatan perekonomian dari sektor primer menjadi sektor sekunder serta sektor tersier telah berhasil, namun sayangnya tidak diiringi oleh transformasi tenaga kerja.
2.       Pertumbuhan Penduduk, Tingkat Pendidikan, Migrasi dan Pengangguran
 a.     Pertumbuhan Penduduk, Tingkat Pendidikan dan Pengangguran
Indonesia memiliki penduduk yang tinggi, jika terdapat pertumbuhan penduduk sekecil apapun pasti akan berdampak sangat besar bagi jumlah penduduk. Namun sayangnya, keadaan perekonomian indonesia yang masih kurang sehat setelah diterpa beberapa kali krisis, belum dapat memberikan kehidupan yang layak bagi seluruh warga negaranya. Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi selama ini semu karena hanya kalangan-kalangan tertentu yang dapat menikmatinya, sehingga koefisien gini di Indonesia semakin besar. Dengan landasan itulah, jumlah penduduk di Indonesia yang menempati golongan menengah ke bawah masih lebih besar jika dibandingkan dengan golongan menengah ke atas. Golongan kelas menengah ke bawa inilah yang memiliki jumlah anggota keluarga yang besar karena keterbatasan akses mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, pendidikan dan akses untuk mendapatkan hiburan sehingga mereka lebih memiliki waktu luang.
Banyak dari golongan menengah kebawah yang tidak menyadari beratnya beban untuk memberikan kehidupan yang layak bagi anak-anak mereka, dengan penghasilan yang mereka miliki (golongan kelas ini mayoritas merupakan pekerja dengan upah yang rendah) harus dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang dimiliki, untuk biaya konsumsi sekeluarga masih sangat kurang mencukupi apalagi untuk biaya pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Dengan tingkat pendidikan yang rendah, mereka tidak memahami pentingnya untuk merencanakan jumlah keluarga yang sehat melalui program keluarga berencana, sehingga beban yang dipikul oleh keluarga miskin dengan banyak anak semakin berat.
Rendahnya upah pekerja di Indonesia lebih disebabkan karena tingginya supply dari faktor tenaga kerja, namun demand yang berasal dari sektor produksi tidak sebanding. Dengan ini produsen selaku pihak demand memiliki posisi tawar yang lebih kuat dibandingkan dengan para pencari kerja sehingga para pekerja mau dibayar lebih rendah asalkan dapat bekerja. Pemerintah Indonesia juga tidak memiliki sistem jaminan soial untuk pengangguran dan masyarakat golongan menengah ke bawah karena tingginya biaya yang harus dikeluarkan dan keuangan pemerintah tidak sanggup untuk membayarnya.
Sistem upah merupakan kebijakan dan strategi yang menentukan kompensasi yang diterima pekerja, dimana sistem upah harus sesuai dengan kebutuhan pekerja dan kemampuan perusahaan, maka dari itu digunakan Upah Minimum Regional (UMR). Biasanya rata-rata upah selalu lebih tinggi dibandingkan dengan UMR sehingga seharusnya para pekerja dapat hidup sesuai atau berkecukupan, namun permasalahannya adalah pada inflasi. inflasi sering terjadi apabila ada isyu yang menyebutkan bahwa akan ada kenaikan upah, sebelum kenaikan upah terjadi, harga barang-barang sudah mengalami kenaikan dan ketika adanya kenaikan upah, harga barang-barang naik lagi, sehingga terjadi dua kali kenaikan. Inflasi yang terbesar berada pada sektor bahan makanan, sehingga masyarakat kelas menengah ke bawah lebih banyak menganggarkan pendapatannya pada konsumsi.
 Kebijakan pemerintah untuk menyediakan layanan pendidikan gratis menuai sambutan yang positif namun pada kenyataannya masih banyak iuran dan pungutan yang dilakukan oleh sekolah setempat. Tingginya uang buku, uang gedung, seragam dan lainnya menyebabkan akses untuk mendapatkan pendidikan yang layak sangat sulit. Sehingga banyak anak usia sekolah yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak karena putus sekolah dan terpaksa membantu orang tua mereka bekerja dan ini merupakan salah satu penyebab dari banyaknya anak-anak jalanan yang menjadi masalah di perkotaan. Tingkat pendidikan yang rendah, akan sangat sulit untuk masuk di sektor formal, mendapatkan pekerjaan yang sesuai dan mendapatkan upah yang layak, sehingga kebutuhan dasar tidak akan pernah tercukupi, lingkaran setan kemiskinan akan terus berlangsung.
     b. Urbanisasi, Pengangguran dan Sektor Informal Kota
Kondisi fisik dasar daerah juga mempengaruhi ketersediaan lapangan pekerjaan yang ada. Banyak daerah yang ditinggalkan karena lahannya yang kurang subur, kurangnya inisiatif bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan wilayahnya, kurangnya investor sehingga produksi daerah sangat sedikit dan menyebabkan daerah tersebut miskin sehingga lapangan pekerjaan untuk memenuhi jumlah pencari kerja sangat minim, sehingga para pencari kerja mencari daerah yang menawarkan banyak pilihan pekerjaan atau spesialisasi kegiatan dan yang dapat menampung tersebut adalah daerah perkotaan sehingga terjadilah urbanisasi.
Di daerah urban, tidak semua tenaga kerja terserap di sektor lapangan pekerjaan yang ada karena salah satunya kembali pada tingginya jumlah pencari kerja, ketrampilan dan latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh para pencari kerja, sehingga terjadilah pengangguran. Pengangguran jarang ada yang mau kembali ke daerah asalnya karena ego dan rasa malu, karena tidak terserap di sektor formal, maka para pekerja ini membuat lapangan pekerjaannnya sendiri dengan membuka lapangan kerja informal perkotaan, seperti pedagang kaki lima. 
Lapangan kerja sektor formal memiliki upah yang lebih tinggi dan kondisi kerja yang lebih baik dibandingkan sektor informal. Selain itu, pekerja disektor formal memiliki kesempatan untuk memperoleh ketrampilan dan akses terhadap pelatihan sehingga memiliki peluang yang lebih besar untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka. Sebaliknya pekerja di sektor informal sangat sedikit yang memiliki akses untuk itu karena sifatnya yang free entry, free exit karena bariernya sangat rendah, sehingga jumlahnya sangat sulit terdata. Sektor informal ini dapat dikategorikan sebagai pengangguran terselubung karena jam kerja mereka yang tidak menentu, begitupula dengan penghasilan namun mereka tidak masuk dalam sektor formal yang mendorong tubuhnya perekonomian nasional.
3.       Implikasi Kebijakan
a.       Ketidakseimbangan pembangunan urban-rural
Selama ini terdapat disparitas pembangunan wilayah di seluruh Indonesia, termasuk urban-rural. Kebijakan pembangunan yang selama ini lebih mengarah pada urban area menjadikan daerah rural sangat jauh tertinggal baik itu dari sarana prasarana fisik, sampai pada indikator sosial ekonomi. salah satu indikator sosial ekonomi adalah pada perbedaan tingkat upah. Dimana tingkat upah di daerah urban lebih tinggi dari rural, dengan perbedaan tingkat upah itulah mendorong tingginya urbanisasi, ketika lapangan pekerjaan di daerah urban tidak lagi dapat menampung urbanisasi, maka akan menaikkan tingkat pengangguran di perkotaan.
   b. Pengembangan Lapangan Pekerjaan di Daerah Urban
Pengembangan lapangan pekerjaan di daerah urban tidak efektif untuk mengurangi pengangguran di perkotaan, karena dengan dibukanya satu lapangan pekerjaan, maka dua atau tiga migrant yang masuk dalam lapangan pekerjaan tersebut, karena ekspektasi terhadap upah yang diterima dan kesempatan  kerja. Sehingga kebijakan untuk menciptakan lapangan kerja yang baru diperkotaan, alih-alih ingin mengurangi tingginya pengangguran di perkotaan malah meningkatkan pengangguran dan menurunkan output sektor pertanian karena tenaga kerja di sektor pertanian, pindah ke sektor perdagangan atau jasa di kawasan urban.
 c. Perpanjangan Masa Pendidikan
Kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia namun tanpa diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang menampung kegiatan spesialisasi sehingga menyebabkan bertambahnya pengangguran.
Saat ini jumlah pengangguran intelektual di Indonesia terus bertambah. Hal itu terjadi lantaran kebijakan pemerintah yang membiarkan sejumlah perguruan tinggi (PT) membuka program studi baru yang tidak menjawab kebutuhan sektor kerja. Menurut hasil survey angkatan kerja nasional BPS (Badan Pusat Statistik) Februari 2007, tercatat pengengguran 10.5 juta jiwa (9.75%). Sedangkan pengangguran intelektual sebanyak 740.206 jiwa (7.02%)
Ekspansi pendidikan yang sembarangan dalam mengangkat pegawai akan menyebabkan bertambahnya tingkat migrasi dan pengangguran, karena pada tingkat upah yang sama, perusahaan lebih memilih untuk memperkerjakan pegawai yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, walaupun tingkat pedidikan dan ketrampilan lebih tinggi tidak memberikan kontribusi untuk performa pekerjaan yang lebih baik. Dimana dahulu pekerjaan yang ‘remeh’ dikerjakan oleh pegawai yang memiliki tingkatan pendidikan yang rendah, sekarang dikerjakan oleh pegawai yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi. Para imigran yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah dibandingkan masyarakat di kota (karena universitas dan sekolah tinggi yang lain mayoritas berada di perkotaan), sekarang sulit untuk bersaing dengan pencari kerja yang memiliki status pendidikan yang lebih tinggi, walaupun ketrampilan yang dimiliki oleh pegawai yang memiliki pendidikan lebih tinggi tidak terlalu baik untuk mengerjakan pekerjaan tersebut, sehingga pengangguran di perkotaan akan meningkat. Selain itu, para pencari kerja dengan tingkat pendidikan yang tinggi juga saling bersaing untuk masuk dalam lapangan kerja yang kecil tersebut, sehingga bagi mereka yang tidak tertampung dalam lapangan kerja menjadi pengangguran terdidik. (Economic Development, Todaro)
Dari sini dapat kita lihat bahwa Kebijakan pemerintah yang selama ini mementingkan daerah urban, sekarang harus berubah arah ke daerah rural agar disparitas wilayah mauapun pendapatan tidak terlalu tinggi, karena daerah rural lah yang terdapat banyak jumlah orang miskin bukan kota karena aksesibilitas mereka untuk mendapatkan hak dasar untuk hidup masih sangat minim.
Kebijakan fiskal dalam bentuk peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur pedesaan dan sektor pertanian dapat dijadikan sebagai penggerak perekonomian secara keseluruhan, ini juga dapat digabungkan dengan MP3EI untuk mewujudkan program pemerintah pro job, pro poor dan pro growth yang samapai sekarang belum terlihat hasilnya karena (menurut saya) perencanaan dan indikatornya masih terlalu makro dan belum fokus.
Pengembangan aktivitas perekonomian rural yang melibatkan investasi swasta dapat mempercepat penurunan kemiskinan. Salah satunya dengan cara penggabungan antara sektor pertanian dengan industri atau agroindustri. Dengan adanya agroindiustri, produk pertanian akan mendapatkan nilai tambah yang itu berarti juga akan memperbesar pendapatan masyarakat. Industri (yang bersifat padat karya) dan pertanian merupakan kegiatan yang menyerapa banyak tenaga kerja, sehingga daerah rural lah yang menjadi pusat pertumbuhan kegiatan (mengganti daya tarik dari perkotaan) sehingga masyarakat rural tetap bertahan di daerahnya dan penduduk rural yang menjadi pengangguran diharapkan mau kembali ke dearah rural (ruralisasi).


[1] Data TNP2K, Tahun 2009.




16 Mei 2012

y o u

you said : 
"my body is tired, but my spirit does soar, if not to work hard than what is this body for?"

.