14 November 2011

Another Question

Life’s most persistent and urgent question is  “what are you doing for other?”
-Martin Luther King, Jr-




This is one of many example to prove how people with community development action can make cities become better than before. But sometime the planner or policy taker forget to include people become part of city development.

3 November 2011

Cantik Itu Relatif. Bagaimana dengan Kesuksesan?

Alasan kenapa kita harus bekerja keras adalah agar bisa sukses. Namun, semakin tinggi mematok impian kesuksesan, malah semakin kabur sukses seperti apa yang sebenarnya ingin dicapai.
Padahal, bila kita nggak terlalu dibutakan dengan target sukses yang muluk-muluk, dalam kehidupan sehari-hari terserak banyak kesuksesan, yang walaupun nilainya minor, namun sebenarnya tetap saja sebuah pencapaian yang membahagiakan. Sebagai contoh, bila pekerjaanmu berkecimpung di bidang marketing, walaupun dari sekian klien yang didekati dan hanya “tembus” hanya sejumlah kecil, namun bisa saja kamu sukses mendapatkan informasi dan ilmu baru untuk di kemudian hari bisa digunakan di proyek pekerjaan selanjutnya. Contoh lain, mengambil pengalaman dari teman-teman seprofesi yang bergerak di bidang media dan dikelilingi oleh deadline harian, membuat kami para jurnalis tetap merasa sukses karena mampu memaksimalkan waktu 8 jam kerja kami menjadi minimal 2-3 artikel, yang kemudian bisa dibaca dan menjadi perpanjangan tangan informasi untuk orang lain.
Lalu, bagaimana caranya menemukan kesuksesan kecil yang berarti besar? Cara-cara mudah di bawah ini bisa dicoba.
1. Berhenti membandingkan kesuksesan orang lain dengan apa yang kita punya
Rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau, padahal mungkin rumputmu sendiri sebenarnya sudah tinggi dan lebat. Selalu membandingkan apa yang dimiliki orang lain hanya akan membuatmu menjadi orang sombong kalau semisal kamu lebih unggul dibanding subjek yang dijadikan perbandingan dan akan membuatmu menjadi pendengki bila kamu sedang berada di bawah. Bersyukur adalah sebuah kesuksesan paling nyata yang ternyata susah untuk dilakukan, lho!
2. Bantu sesama
Semakin banyak berbagi, itu berarti kamu semakin sukses. Kenapa bisa begitu? Karena, dengan semakin lapangnya hati dan pikiranmu untuk banyak berbagi dengan sesama, artinya kamu telah sukses mengalahkan rasa pelit dan sempit hati, dan sebenarnya itulah yang susah dilakukan di kehidupan yang serba perhitungan ini. Mulailah berbagi dari lingkungan terdekat seperti keluarga, berlanjut ke teman-teman, dan siapa saja yang membutuhkan.
3. Berjanji dan tepati
“Saya berjanji kalau saya sudah sukses nanti, ingin membantu anak yang putus sekolah”. Ucapan itu terdengar mulia saat diucapkan, namun berpotensi terdengar seperti janji kosong bila nggak ada pembuktiannya. Nah, sukses pun sebenarnya bisa diukur dari seberapa sering kamu menepati janji yang sudah diucapkan. Nggak perlu harus menjadi milyuner dulu untuk rela merogoh dompet saat ingin menyumbang dan nggak perlu turun ke medan perang untuk menjadi sukarelawan. Cukup dengan berlaku konsisten terhadap apa yang sudah kamu janjikan pada orang lain dan buktikan. Salah satu cara mudahnya misalnya dengan tiba tepat waktu saat janjian bertemu dengan klien atau teman.
source :

22 Oktober 2011

just share






Nothing to say, just want to share this picture.
Brunch (breakfast and lunch) with some cereal, biscuit and coffe on my bed with some fashion magazine, looking out of my window and see the weather so perfect this day then i decided to walking down beneath sunlight, hope this day will better and give me more energy for tommorow.
Smile and enjoy your life everybody!

21 Oktober 2011

Stop it !

Yet so many people ignore that violence against women and girls is a CRIME
http://gchange.wordpress.com/tag/womens-rights/


Change is needed to stop the constant abuses of women’s rights. A change of legislation, a change of social norms, but most importantly, personal change. It is until people grasp that their actions are wrong, that women and girls have become victims of violence, and that there will be no end to this call for equality, that the violence will stop.
So take a look at yourself, at your family, at your community, at your mothers, sisters, wives, and daughters. Because we are, and we won’t keep them out of our sight, until the violence stops!

20 Oktober 2011

you lead me the way

Teman saya di benua seberang sana bercerita, sebentar lagi sudah masuk musim dingin, walopun belum namun suhu udara sudah menyentuh 2°C. Jadi, kita lihat apa yang terjadi di luar sana. Siapkan sepatu dan kita jalanjalan.
Keluar dari rumah yang aman, nyaman dan hangat pada musim dingin adalah sesuatu yang dibenci, dingin!

Namun diluar sana, masih banyak orang yang tidak memiliki rumah dan kedinginan. Parahnya beberapa tahun yang lalu, musim dingin di benua Eropa sampai memakan korban, Frankfurt membatalkan lebih dari 200 penerbangan. Polisi Perancis menutup jalan tol A5 dari dan ke Jerman menyebabkan mimpi buruk di lalu lintas sekitarnya. Para pejabat Jerman menghimbau penduduk untuk mempersiapkan pasokan makan dan minum di rumah mereka. Diramalkan akan datang badai salju yang cukup parah. Di Perancis, lalu lintas penerbangan terus menerus dilanda hujan salju. Bandara Charles de Gaulle di Paris memperkirakan akan membatalkan seperempat penerbangannya. Bandar Udara Toulouse ditutup sepanjang pagi. Di bagian selatan Perancis lima belas ribu rumah tidak mendapat aliran listrik. Inggris mengalami musim dingin paling parah di lebih dari sepanjang tiga dasawarsa. Pekan ini salju diperkirakan akan turun lagi. Kondisi yang tidak kondusif menyebabkan pembatalan sebagian besar pertandingan sepak bola Liga Utama. Kementerian Dalam Negeri Polandia menyatakan, enam lagi korban tewas ditemukan di negeri itu. Ini berarti total korban tewas akibat hipotermia telah mencapai 82 orang sejak November 2008 lalu. Sebanyak 23 orang di antaranya tewas dalam beberapa hari terakhir. Lima orang, termasuk tiga tunawisma, juga meninggal di wilayah Kherson, Ukraina. Suhu udara di wilayah tersebut hanya minus 19 derajat Celcius.


Banyaknya korban yang meninggal akibat hipotermia adalah masyarakat tunawisma yang tidak memiliki hunian. Mau tidak mau kita melihat pentingnya peranan hunian dan segala prasarana, sarana serta utilitasnya bagi kehidupan manusia, betul untuk PERLINDUNGAN. Namun semakin barang itu menjadi penting, permasalahan yang dihadapi semakin sulit karena kelangkaan dan berbagai keterbatasan lainnya. Contoh yang paling panas sekarang ini adalah Krisis Perumahan di Amerika.

Pada 2001-2005, pertumbuhan perumahan di Amerika Serikat menggelembung seiring rendahnya suku bunga perbankan akibat kolapsnya indutri dotcom. Sejak 1995, industri dotcom (saham-saham teknologi) di AS lebih dulu booming, namun colaps dan menyebabkan banyak perusahaan jenis ini tak mampu membayar pinjaman ke bank.
Untuk menyelamatkan mereka, The Fed menurunkan suku bunga, sehingga suku bunga menjadi rendah. Suku bunga yang rendah dimanfaatkan pengembang dan perusahaan pembiayaan perumahan untuk membangun perumahan murah dan menjualnya melalui skema subprime mortgage. Gelembung perumahan ini terjadi di banyak negara bagian, seperti California, Florida, New York, dan banyak negara bagian di barat daya.

Saat bisnis perumahan mulai booming pada tahun 2001 ini, banyak warga AS berkantong tipis yang membeli rumah murah melalui skema subprime mortgage (KPR murah). Pada tahun 2006, ketika koreksi pasar mulai menyentuh gelembung bisnis perumahan di AS, ekonom Universitas Yale, Robert Shiller memperingatkan bahwa harga rumah akan naik melebihi aslinya.
Koreksi pasar ini, menurutnya, bisa berlangsung tahunan dan menyebabkan penurunan nilai rumah-rumah tersebut hingga muliaran dolar AS. Peringatan itu mulai terbukti ketika pada akhir 2006, sebanyak 2,5 juta warga AS yang membeli rumah melalui skema tadi tak mampu membayar cicilan. Harga rumah yang mereka kredit melambung tinggi, bahkan ada yang sampai 100% dari nilai awalnya. Akibatnya, menurut laporan perusahaan penyedia data penyitaan rumah di AS, RealtyTrac, sebanyak itu pula, rumah yang akan disita dari penduduk AS.
Penyitaan besar-besaran ini jelas dapat menimbulkan banyak warga AS menjadi tuna wisma mendadak, dan bisa menjadi masalah sosial baru.

Tidak semua warga negara AS memiliki uang yang cukup untuk membeli rumah atau memiliki sejarah kredit yang baik. Kebanyakan dari mereka adalah pengangguran, pekerja-pekerja seperti office boy, pedagang kecil, dan pembersih rumah atau kantor (mirip pemberian kartu kredit yang jor-joran di Indonesia, seorang office boy punya 2 sd 5 kartu kredit).
Sebenarnya, mereka dianggap tidak layak mendapatkan pinjaman untuk memiliki rumah murah, karena sejarah kreditnya kurang baik dan tidak memiliki pendapatan yang cukup untuk mencicil. Untuk itulah diadakan subprime mortgage. 

Pembiayaan jenis ini sebenarnya berisiko, baik bagi kreditor maupun debitor, karena bunganya yang tinggi, sejarah kredit peminjam yang buruk, dan kemampuan keuangan peminjam yang rendah. Kamus online Wikipedia menjelaskan, Subprime Lenders (Pemberi pinjaman), biasanya adalah lembaga pembiayaan perumahan, mengumpulkan berbagai utang itu (pool) dan menjualnya kepada bank komersial. Oleh bank komersial, sebagian portofolio tersebut dijual lagi kepada bank investasi. Oleh bank investasi, kumpulan utang tersebut dijual kepada investor di seluruh dunia seperti bank komersial, perusahaan asuransi, maupun investor perorangan.
Kumpulan utang tersebut dinamakan Mortgage-Backed Securities (MBS) yang merupakan bentuk utang yang dijamin. MBS ini termasuk salah satu bentuk transaksi derivatif yang penuh risiko. Ketika pembeli rumah membayar bunga, baik pada cicilan bulanan atau pada saat pelunasan, pembeli MBS mendapat pendapatan. Layaknya transaksi derivatif lain, MBS bisa dibeli dari tangan pertama atau berikutnya. Artinya, investor yang sudah membeli MBS bisa menjualnya lagi ke investor lain. Perolehan pendapatan dibagi menurut jenjang atau senioritas pembeli MBS ini. Dan ini menjadi beban seluruhnya bagi pembeli rumah. Ini membuat nilai yang harus dibayar pembeli rumah melambung tinggi hingga 100% dari nilai aslinya.
Meskipun tergolong kredit berisiko tinggi, bank investasi dan hedge fund (HF) tetap memainkan instrumen ini, karena para investor dari golongan pemain baru banyak yang tertarik membeli MBS. Ditambah lagi ada dukungan pemeringkatan yang dibuat lembaga seperti Standard & Poor’s (S&P).

Akibatnya, menjelang 2007, pembeli rumah dengan skema ini tak sanggup mencicil kredit rumah murah tersebut lantaran semakin sulitnya perekonomian AS. Ketika ini terjadi, satu-satunya jaminan bagi MBS adalah rumah-rumah itu sendiri. Namun, karena penawaran perumahan ternyata melebihi permintaan seiring gelembung industri perumahan dalam 2001-2005, nilai rumah-rumah itupun turun, tidak sesuai lagi dengan nilai yang dijaminkan dalam MBS. Sementara bank investasi dan HF harus tetap memberi pendapatan berupa bunga kepada para investornya. Inilah asal mula terjadinya krisis subprime mortgage yang berimbas ke seluruh dunia
Jadi sepertinya masalah perumahan yang layak untuk masyarakat berpenghasilan rendah tidak hanya dihadapi oleh negaranegara Asia saja, buktinya AS juga terkena masalah itu kan?

18 Oktober 2011

pick a pict

In a silent way, i wanna see you fly, get your own destiny



5 Oktober 2011

Gerobak gerobak itu

K etika saya pulang malam dan melihat banyaknya keluarga yang tinggal di gerobak membuat saya berfikir berfikir apakah sedemikian kejam kehidupan di perkotaan sampai hunian yang sedikit layak pun tidak dapat mereka akses?
Maksud saya, saya tidak berharap mereka yang bekerja di sektor informal itu (mayoritas sebagai pemulung) mendapatkan rumah yang bertipe 36 dengan lingkungan yang nyaman ada taman yang luas dan prasarana, sarana dan utilitas yang sangat lengkap serta terletak di tengah kota, namun setidaknya, hunian mereka memiliki atap sehingga mereka bisa berteduh dari hujan dan panas, dengan luas gerobak yang sedemikian kecil, mereka membawa anakanak mereka dan berbagai barang keperluannya ditambah dengan hasil memulung mereka.
Jelas, satu gerobak itu tidak cukup untuk menampung satu keluarga dan ditambah mereka memiliki kecenderungan untuk memiliki anak diatas 2 orang, jadi bisa dibayangkan bagaimana sulitnya sirkulasi dalam keluarga gerobak itu. 



tapi FAKTA yang MENGEJUTKAN adalah
Mereka senang dan merasa nyaman dengan kehidupan mereka seperti itu. Bukan karena komunitas mereka, namun mereka bisa saving, dari tingginya cost of living di kota besar. Mereka tidak perlu membayar sewa rumah dan utilitas yang layak dengan harga yang sangat tinggi, untuk mandi mereka bisa memanfaatkan kebocoran pipa. Jadi, kalau kita menghitung kebutuhan air bersih untuk masyarakat, kita harus memasukkan variabel kebutuhan air jika terjadi kebocoran pipa dan apakah itu sebenarnya dimanfaatkan oleh golongan ini?
Dan kita tau, memang biaya untuk mendapatkan rumah yang layak memang sangat tinggi, baik yang ada di tengah kota maupun pheripheri area, ditambah lagi kehidupan mereka yang nomaden, eh, boleh kan menggunakan kata ini, secara mereka suka berpindahpindah lokasi? Mereka tidak membutuhkan hunian yang tetap.
Dengan kehidupan mereka yang seperti itu, mereka dapat menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi, wow..! that is a big wow for me, pardon me if i underestimate them. Yah, walaupun anaknya harus mencari uang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari, namun untuk uang kuliah per semester masih ditanggung oleh orangtua mereka yang notabene adalah pemulung dan tinggal digerobak!
Kehidupan seperti itu juga memberikan security buat mereka di masa tua karena dengan hidup seperti itu, mereka bisa mengirim uang lebih banyak kepada keluarga yang di kampung, membangun rumah dan tabungan untuk mereka di masa tua ketika mereka kembali ke kampung nantinya.
dan itu bagus ... mereka sudah memiliki perencanaan yang matang dengan memilih cara hidup seperti itu.
Disisi lain, saya berfikir, semahal itu  living cost di kota besar, terutama untuk hunian, dengan mengurangi biaya hunian saja mereka sudah bisa melakukan banyak hal yang banyak orang yang memiliki hunian tetap lakukan, misal menyekolahkan anaknya sampai di perguruan tinggi.
dan saya mulai menghubungkan dengan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
Rusunawa atau yang biasanya disebut dengan rumah susun sewa memang salah satu tujuannya untuk masyarakat yang tidak tetap tinggal dalam suatu daerah karena pekerjaannya, dan dengan menyewa rumah, mereka masih bisa saving, kemudian dengan uang hasil saving itu diharapkan mereka dapat pindah ke lingkungan yang lebih baik, dengan prasarana sarana dan utilitas yang lebih baik pula.
Namun permasalahannya, rusunawa tersebut, di Indonesia, kebanyakan merupakan public housing, dimana pengeluaran masyarakat yang tinggal disana, lebih dari 30% nya digunakan untuk membayar sewa rumah plus prasarana, sarana dan utilitasnya. Belum lagi pengeluaran untuk konsumsi, pendidikan, transportasi, dan lainnya, jadi bagaimana mereka bisa saving?
Di negaranegara luar sana, terutama negara maju, banyak yang menyediakan social housing untuk ditinggali masyarakat kelompok ini. di Indonesia, hal itu tidak bisa dilakukan. Kenapa?
Karena kita jelasjelas BUKAN PEMBAYAR PAJAK YANG BAIK.

Kita tidak bisa menerapkan subsidi penuh (sesuai dengan aturan social housing ataupun public housing). Yang kita tau, pajak adalah pemasukan utama negara yang utama, perekonomian yang baik adalah jika masyarakat maupun stakeholder yang lain membayar pajak dengan baik dan taat.
Dengan kondisi seperti itu, kita tidak bisa berharap sepenuhnya kepada pemerintah untuk memberikan subsidi kepada golongan seperti diatas, masyarakat juga berperan serta, tapi entah karena kurang kemampuan finance mereka ataupun kurang sadarnya mereka aka itu, jadi banyak yang cuek, tidak peduli, banyak juga yang berpikir itu tidak adil. Kalau saya sih, secara pribadi, maaf bukannya sok suci atau agamis, tapi saya mencoba berpikir secara rasional, benar jika kita menyisihkan 2,5% penghasilan kita untuk golongan tersebut, bukankah memang itu bagian dari hak mereka, kegiatan ekonomi itu berputar, dan yang bermain bukan hanya orangorang kaya saja, bahkan kaum pemulung pun memiliki andil untuk itu. Coba saja kalau kita mau mentaati itu, inequality akan semakin mengecil.

9 September 2011

Nyum Nyum Yummy

Lift di sebuah perusahaan asing yang bonafide tiba-tiba rusak. Untuk memperbaikinya datanglah sejumlah kontraktor dari beberapa negara. Setelah diseleksi awal, hanya tersisa tiga kontraktor dari tiga negara, yaitu Amerika, Jepang dan Indonesia. Ketiganya mempresentasikan penawarannya setelah sama-sama melihat dan mengamati kerusakan lift tersebut.

Kontraktor dari Amerika memberikan harga USD 50 ribu untuk biaya perbaikan, sedangkan dari Jepang mematok harga USD 25 ribu dan Indonesia USD 75 ribu. Mr.X salah seorang direktur dari perusahaan asing tersebut kaget terhadap harga yang dipatok kontraktor dari Indonesia.
dari Indonesia koq mahal banget? Why..?” Kata Mr.X. Kontraktor dari Indonesia itu mendekati Mr.X sambil setengah berbisik “begini, USD 25 ribu untuk biaya perbaikan. USD 25 ribu untuk anda dan USD 25 untuk saya. Nah... kita suruh saja si Jepang yang mengerjakannya.”

Cerita diatas memang hanyalah joke, tetapi ada yang relevan dengan kasus korupsi yang sering terjadi di negri ini, yakni kerapnya terjadi praktik kongkalikong berbau suap dalam sebuah proyek. Dalam paribahasa, ada gula ada semut, maka untuk kasus yang sering terungkap adalah ada proyek, ada suap.

8 Agustus 2011

blue ocean

Summer and fasting in Indonesia, makes me lazy but so much things i must to do. I need a break to release the strain, and here i go, beach. 


Love beach so much, the colour of water and the sky, wind and sand. 
Happy holiday!


4 Agustus 2011

fatamorgana

Kejadian kemarin di kost saya membuat saya lebih berhatihati menggunakan air.
Kita tau yang namanya air itu adalah sumber kehidupan,
di tempat kos saya ini, ibu kost menggunakan air tanah. Padahal jumlah penghuni kost lumayan banyak, kalo kirakira 1 orang menggunakan 120 liter/orang/hari, maka berapa banyak air tanah yang harus diambil untuk memenuhi kebutuhan tersebut?
Dan kemarin sempat 2 hari, di kost MINIM AIR! oh my goat. Kebayang kan gimana rasanya ga ada air?

Disatu sisi, sekarang ini walopun nggak jelas, dapat dikatakan musim kemarau jadi curah hujan berkurang, begitu pula dengan air yang masuk ke tanah ditambah lagi dengan kurangnya ruang terbuka hijau (yang selanjutnya disebut RTH), siklus hidrologi perkotaan kita kacau balau, sumur resapan juga masih dirasa sangat kurang untuk mengembalikan siklus hidrologi alami, padahal sudah ditambah pembangunan sistem drainase baru yang didalamnya terdapat poripori resapan air tanah, jadi tidak semua air hujan itu masuk ke sungai atau ke laut, beberapa bagiannya harus kembali lagi ke tanah.
Bukannya ibu kost ga mau pasang air bersih perpipaan dari PAM, namun air perpipaan tersebut kurang baik jika dilihat dari sisi kualitas dan kuantitasnya. Yang air nya suka nggak ngalir sampai kadang airnya bau dan kurang layak untuk dipakai.
Nah, kalo kayak gini, siapa yang mau disalahkan?

Kalo mau mengembalikan sistem hidrologi alami seperti semula, selain membenahi sistem tata guna tanah, agar penggunaan tanah kita efisien, penebangan pohon bahkan hutan harus diminalisir, penggalakan reboisasi, treatment limbah serta sampah, dan kegiatan sadar akan lingkungan lainnya.Yah pasti dibilang gampang bilangnya, terus pelaksanaannya itu yang bikin pusing, apalagi mengenai tata guna tanah.

Dari sisi yang lain, air merupakan barang publik yang menjadi kebutuhan masyarakat dan sesuai dengan UUD'45 pasal 33 ayat 3, yang namanya bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan sebesarbesarnya untuk kemakmuran rakyat. sangat jelas bahwa sistem distribusi air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat itu merupakan tanggungjawab pemerintah (pemerintah memiliki fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi), namun sekarang ini, sistem air bersih perpipaan kita diprivatisasi kepada stakeholdres lainnya. 

Tujuan privatisasi disini adalah untuk meningkatkan kualitas dan sampai pada efisiensi waktu, tenaga dan finance. pemerintah sendiri terkenal akan 'badannya yang gemuk' *terlalu banyak orang namun tugas yang dikerjakan sangat tidak sebanding*, dengan sistem pemerintah yang seperti itu, merupakan suatu pemborosan, inefisiensi.
Namun KENYATAANNYA, bukannya kualitas air menjadi lebih baik namun menjadi lebih buruk, iya lebih buruk karena cakupan layanan juga tidak menunjukkan pertambahan yang significant, apalagi dengan kualitas air yang semakin menurun, menjadi berwarna dan berbau *eh, ini bukan bau kaporit loh ya*, bagaimana kita bisa bergantung pada air bersih perpipaan?
Kalo masalah harga, memang semua investor menginginkan adanya profit, namun pemerintah juga harus melihat willingness to pay masyarakatnya, berapa yang sanggup dibayar oleh masyarakata, berapa production cost, dan berapa yang dapat pemerintah subsidi.

Dengan adanya privatisasi, bukannya pemerintah lepas tangan akan tanggungjawabnya, pemerintah disini masih harus memonitoring dan mengevaluasi kinerja dari stakeholders tersebut, jika tidak memuaskan dan pemerintah mungkin bisa lebih baik jika melakukannya sendiri, pemerintah bisa memutuskan perjanjian kerjasama tersebut. Ini banyak juga terjadi di negaranegara lain, jika PPP (public private partnership) tidak berhasil, pemerintah akan segera mengambil alih tugas itu kembali. 
Privatisasi di Indonesia ini banyak yang gagal, setelah saya mencoba untuk  membandingkan sistem privatisasi di Indonesia dengan negara tetangga, Malaysia. ternyata kita sangat lemah di dalam hukum yang mengatur tentang tanggungjawab dan hak antara pemerintah dengan stakeholders, bahkan dasar hukumnya pun belum kuat. BUMN ataupun perusahaan negara ain yang diprivatisasi umumnya merupakan perusahaan yang memang sedang 'sakit', pemerintah (saya nggak tau mereka tidak bisa menyehatkan kembali perusahaan tersebut atau tidak mau menyehatkannya) selalu memberikan perusahaan negara yang memang sudah sangat kritis keadaannya pada stakeholders, berbeda dengan negara tetangga, dimana mereka menyehatkan kembali perusahannya baru kemudian di privatisasi, sehingga tidak banyak menimbulkan masalah seperti yang ada sekarang ini di Indonesia.

Begitu besarnya peranan air dalam kehidupan kita, sampai untuk menentukan kawasan miskin pun dilihat dari aksesibilitas mereka untuk mendapatkan air, untuk kita, perlu adanya perbaikan kinerja dan kesadaran akan perbaikan kualitas lingkungan, baik itu dari pemerintah, pihak stakeholders sampai masyarakat sendiri untuk memperbaiki lingkungan dan mengembalikan siklus hidrologi alami seperti semula.. yah, dimulai dari diri kita sendiri untuk tidak boros untuk menggunakan air (recycling water) dan melakukan perbaikan lingkungan sedikit demi sedikit.

22 Juli 2011

bla bla bla



Percakapan suatu siang di R.1.4
Mas A : "Mas sama mbak jadi PNS aja deh. Sayang"
Saya : "Kayaknya kalo saya masuk kesana malah membebani negara deh, kasian negara bayarin PNS yang terlalu banyak, kan dana nya bisa dialihkan untuk pembiayaan pembangunan yang lain."
Mas C : "Wah, kalo kita masuk, harus moratorium dulu."
Mas S : "Kenapa koq jadi banyak yang mau jadi PNS gini ya sekarang? Kalo bidang konstruksi di Indonesia, menurut mbak gimana?"
Saya : "Masalahnya, di Indonesia banyak tenaga kerja yang nggak terserap. Peran pemerintah buat penyediaan lapangan kerja sangat terbatas, hanya bisa masuk di PNS dan BUMN, sedangkan keuangan kita, baik DAU kan paling banyak digunakan untuk membayar PNS. Sedangkan sektor swasta sampai sekarang ini dianaktirikan, gimana nggak, lha wong saat ini aja masalah administrasi, birokrasi, perundang-undangan ketenagakerjaan aja nggak jelas.. gimana mau kondusif untuk investasi?
Di satu sisi, sektor konstruksi memegang peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian di Indonesia karna multiplier effect nya itu, namun sekarang ini malah udah hampir colaps, menurut saya loh ini.. Soalnya tendertender besar udah jarang lagi ditemukan.
Mas S : "Lha iya, kalo pendapatan negara aja banyak yang berasal dari pajak itu.. yang pajak penghasilan cuma berapa persen sih di kita? Yang ngasih banyak kontribusi ya, pihakpihak swasta itu. Lah emang sistem tender sekarang udah semakin parah ya?"
Saya : "Kalo nyari yang bener, juga masih ada mas.. kalo yang nggak bener juga banyak banget. Walopun saya masih anak kemaren sore ya, tapi ya begitu lah kenyataan di lapangan. "
Mas S : "Walah, kacau juga ya masalah infrastruktur negara kita. Masalah utama kita salah satu nya kan di infrastruktur bukan?"
Saya : "Iya sih mas, namun kmaren yang lagi hot kan masalah MP3EI. Kita ambil contoh satu aja, pelabuhan dan tata ruang yang ada disekitarnya. Di Cina, kegiatan industri berada di wilayah laut karena dekat dengan pelabuhan yang memberikan jaringan logistik yang lebih efisien, kegiatan industri mereka beraglomerasi sehingga lebih efektif dan efisien. 
Sedangkan di negara kita aja, yang namanya kegiatan industri itu tersebar dimanamana, menyebabkan transportation cost kita tinggi, selain itu, pelabuhan yang ada di Indonesia itu banyak, namun kecilkecil, tersebar jadi susah untuk monitoringnya, sehingga banyak 'penyelundupan barang' yang seharusnya bisa menjadi pendapatan kita kan? Kenapa nggak kita bikin 2 ato 3 pelabuhan aja namun skala pelayanannya besar, menurut saya sih lebih efektif daripada banyak tapi kecilkecil."
Mas S : "lha kalo kita mau bikin kayak gitu, harus lewat tender ya? tapi saya aga ragu untuk itu. Pernah juga di bagian pengadaan barang kayak gitu, tapi koq 'kacau' ya? maksudnya dengan sistem birokrasi dan administrasi di kita, jadi parah banget. Ga efektif. Atasannya udah jadi apa, nanti bawahannya ngikut deh, bobrok jadinya."
Saya : "tender sih mungkin lah ya.. tapi nanti dilihat mana yang lebih efektif jika pemerintah yang melakukannya sendiri atau pihak lain? kalopun nanti pemerintah yang melakukan, kayaknya harus ada botto up planning, tapi pemerintah pusat harus ada kriteria seleksi terlebih dahulu, biar pemerintah pusat tidak pusing ketika memilih. Nah, kalo yang masalah itu kayaknya kembali pada mental mas."

Mas S : "Tapi Joko Wi (Solo), itu hebat ya?"
Saya : "iya, beliau keren.. saya salut sama beliau, berani menentang Gubernur. "
Mas S : "iya, coba kalo kayak gitu kita bikin jadi penelitian. Jadi ada kah hubungan dengan cara dan sistem pemerintahan (terutama kepala) dalam pembangunan."
Saya : "menarik sih mas, cuma data nya itu looh.. pasti mereka ga bakal mau ngasih."
Mas S : "iya juga sih."

*kemudian yang terjadi adalah keheningan yang lama*