19 Februari 2011

Ajeg Bali

Bali terkenal dengan kebudayaannya, selain memiliki potensi wisata alam yang luar biasa. Namun, Bali sekarang ini mengalami perubahan secara besarbesaran sejak investor asing masuk dan industri wisata mulai berkembang.

Dari awal, Bali memiliki sistem nilai, norma dan tatanan budaya yang kokoh, harmonis dan lestari, sampai para investor datang yang membuka banyaknya lapangan kerja, dari satu sisi dapat mengangkat makro ekonomi Bali, namun jumlah lapangan kerja masih saja terbatas jika disandingkan dengan jumlah tenaga kerja. Di beberapa sektor, pekerja imigrant dari luar Bali datang dan membuat persaingan semakin ketat.

Masuknya para investor, juga membuat perubahan dalam guna tanah dan budaya di Bali. Bukan hanya konversi lahan dari pertanian ke non pertanian, namun perubahan lahan yang dikarenakan adanya kegiatan wisata tersebut mulai mengancam lahan yang digunakan untuk peribadatan. Agama dan Budaya di Bali, sangat tidak dapat terpisahkan, sampai Bali dikenal dengan 'Pulau Dewata', begitu pula dengan budaya yang dibawa dari luar, sedikit demi sedikit mulai mengurangi kesakralan tanah dewata.


Serangan tidak hanya berasal dari sistem kapitalisas ekonomi, namun juga serangan bom bali yang mengemparkan saat itu, setelah terjadi serangan, Bali sejenak seakan terhenti denyut nadinya, semua berduka. Bali yang dianggap oleh para teroris tersebut tempat orangorang 'berdosa'. Apakah kesemuanya itu salah Bali sendiri? Bali tidak memiliki proteksi untuk itu. 


Perubahan ini sangat mengkhawatirkan bagi Bali, sehingga Bali harus membuat 'resep' untuk pembangunan yang berkelanjutan, menyeimbangkan antara alam dengan kegiatan manusia, mulai merevitalisasi kembali kota dan bangunan yang bersejarah dan mulai mengadaptasi kearifan lokal untuk membentengi diri dari pengaruh buruk globalisasi yang dapat menghancurkan budaya. dari sinilah, para 'cendekiawan urban' mulai menanamkan 'Ajeg Bali'.


Kata 'Ajeg' mengandung makna kuat, tegak dan dalam arti tertentu, sebuah versi yang lebih kuat dari paham "kebalian".


Ajeg artinya kita harus kembali ke asal. Kembali ke Bali yang murni dan damai, maka segalanya tertib dan benar. Ajeg berarti aman dan mampu melawan teroris dan Ajeg Bali menawarkan kepada kita jawaban terhadap modernisasi yang tak berisi.


Paham Ajeg adalah suatu kategori longgar yang menawarkan cara yang enak kepada berbagai kelompok masyarakat untuk berbicaratentang Bali. Mereka pun menyukai cara Ajeg Bali yang dikomunikasikan di tv lokal, warta berita, Sekala dan Niskala, opera sabun Bali yang menggantikan sinetron. Walaupun format yang ditampilkan agak folkloristik dari acara wicara di Bali TV tampak kaku, namun setidaknya Bali telah menanamkan kembali sesuatu yang secara esensial religius dan berakar di desa adat.


Kearifan lokal sangat diperlukan dalam mempertahankan nilai dan budaya asli kita yang baik, dengan ini, diharapkan Bali  dan berbagai wilayah di Indonesia dapat berkembang, bukan hanya sustainable economic, sustainable environment namun sampai pada tahap sustainable development dalam berbagai sektor.



"Bali Benteng Terbuka, 1995 - 2005"

Henk Schulte Nordholt

1 komentar:

  1. Kalau terus dilatih, kamu bisa jadi penulis yang bagus ninda, ngga cuman arsitek planologi yang handal.
    Tetap menulis!

    BalasHapus