17 Februari 2011

Batik, the wisdom of java

Kita ini negara kaya, kaya dengan budaya, Namun sayangnya karena terlalu banyak budaya itu jadi terlupakan. Salah satunya adalah batik yang kemarin menjadi perdebatan oleh negara tetangga, padahal semua negara sepertinya memiliki pola batik sendiri, Malaysia dan Thailand juga memiliki batik,namun motifnya yang berbeda, semua negara dan wilayah memiliki ciri khas sendiri, seperti batik Jogja yang berbeda dengan Batik Solo.

Batik sendiri berasal dari kata 'amba' yang artinya menulis dan 'titik' yang memiliki arti yang sama, titik.

Batik bukan hanya budaya, di masa lalu, kegiatan membatik digunakan untuk mata pencaharian wanita jawa, dimana jaman dulu wanita jawa hanya boleh melakukan 3 hal, yaitu 'masak, macak lan manak' atau memasak, berdandan dan melahirkan keturunan.
Wanita jawa jaman dulu dilarang bekerja di luar rumah, dan akhirnya membatik adalah pekerjaan eklusive untuk wanita, sampai ditemukannya batik cap, dimana lelaki masuk dalam kegiatan ini. Tradisi membatik merupakan keahlian yang turuntemurun, sehingga beberapa corak batik dapat menunjukkan status sosial ekonomi masyarakat.


Beberapa corak batik memiliki makna atau arti tertentu, seperti :


Motif Kawung :

Mengandung makna bahwa keinginan dan usaha yang keras akan selalu membuahkan hasil, contohnya seperti rejeki yang berlipat ganda jika orang mau bekerja keras, walaupun memakan waktu lama. 


Motif Truntum :

Truntum yang artinya menuntun, dimana menuntun pada kehidupan yang lebih baik. Orang Jawa selalu mendambakan bagi setiap keluarga baru supaya segera mempunyai keturunan yang akan dapat menggantikan generasi sebelumnya. Generasi baru itulah yang akan menjadi tumpuan setiap keluarga baru yang baru menikah untuk meneruskan segala harapan dan cita-cita keluarga sekaligus sebagai generasi penerus secara biologis yang mewarisi sifat-sifat keturunan dari sebuah keluarga baru. Harapan itu selalu muncul saat keluarga baru terbentuk. 


Motif Sidoluhur dan Sidomukti :

Sidoluhur mengandung makna keluhuran. Bagi orang Jawa, hidup memang untuk mencari keluhuran materi dan non materi. Keluhuran materi artinya bisa tercukupi segala kebutuhan ragawi dengan bekerja keras sesuai dengan jabatan, pangkat, derajat, maupun profesinya. Keluhuran materi yang diperoleh dengan cara yang benar, halal, dan sah tanpa melakukan kecurangan atau perbuatan yang tercela seperti korupsi, merampok, mencuri, dan sebagainya. Sebab walaupun secara materi merasa cukup atau bahkan berlebihan, namun jika harta materi itu diperoleh secara tidak benar, tidak halal, itu tidak bisa dikatakan bisa mencapai keluhuran secara materi.
Sidomukti mengandung makna kemakmuran. Demikianlah bagi orang Jawa, hidup yang didambakan selain keluhuran budi, ucapan, dan tindakan, tentu agar hidup akhirnya dapat mencapai mukti atau makmur baik di dunia maupun di akhirat. Orang hidup di dunia adalah mencari kemakmuran dan ketentraman lahir dan batin.

Batik bukan hanya sehelai kain yang memiliki motif, namun tersirat banyak falsafah hidup yang menuntun kita pada kearifan lokal orang jawa.maka dari itu, batik harus kita lestarikan, jangan sampai budaya kita yang sudah beratusratus tahun ini diklaim oleh negara yang tidak mengerti falsafah dari budaya itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar