12 Maret 2011

Pada Mu Negri




Ada sisi lain dari kehidupan perkotaan, 
Bukan, bukan dari gemerlapnya kota, mall, cafe, gemerlapnya dunia malam
Tapi sisi lain dari itu, kehidupan sosial ekonomi,Inequality, disparitas.

Pernahkah kita melihat dari sisi anak jalanan?
Mereka tidak pernah tau apa yang seharusnya mereka mendapat kasih sayang, pendidikan, makanan yang cukup gizi.

Mereka juga anakanak yang lahir di Indonesia, yang berhak mendapatkan hak yang sama dengan anakanak lain dan melaksanakan semua kewajiban mereka.

Namun sayangnya, mereka tak pernah tau. Bagaimana mereka bisa mengerti hak dan kewajiban mereka sebagai anak dan penerus bangsa jika ketika mereka baru beberapa bulan lahir dibawa ke tengah jalan untuk memintaminta.
Sewaktu mereka belajar berjalan, mereka diajari untuk mendatangi kendaraan bermotor dengan membawa gelas plastik untuk mengumpulkan uang.
Mereka tidak mengerti jika mereka harusnya belajar, mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak untuk mengentaskan mereka dan keluarganya dari jurang kemiskinan.
Mereka hanya tau, unutk mendapatkan uang itu mudah, dengan hanya menodongkan tangan atau menyanyi.
Tapi apakah mereka tau hakikat bekerja itu untuk apa?






Orangorang tua itu tau.
Namun demi menyambung nyawa, mereka memaksa anakanaknya untuk turun ke jalanan.
Dengan berbagai resiko kekerasan yang ada di jalanan, pelecehan sexual, pembunuhan, penjualan organ tubuh.

Jika hampir seperempat jumlah penduduk perkotaan melakukan hal ini,
Bagaimana dengan masa depan negara kita nantinya?

Di satu sisi, pemerintah juga memiliki peranan besar atas terjadinya kemiskinan ini.
Kebijakan pembangunan yang fokus pada perkotaan dan tidak diimbangi dengan pembangunan di daerah pedesaan.
Tingginya pertumbuhan penduduk dan urbanisasi, namun tidak diimbangi dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan,
Usia pensiun yang lebih lama sehingga menyebabkan rendahnya regenerasi dalam tempat kerja,
Tingginya bunga kredit untuk pengembangan usaha kalangan pengusaha mikro, kecil dan menengah,
Rendahnya SDM dan HDI yang akhirnya banyak yang tak terserap oleh dunia kerja karena kalah persaingan dengan negara lain (bahkan antar daerah) sehingga produktivitas kita tidak tidak maksimum.

Dikarenakan sulitnya mendapatkan akses untuk pendidikan dan kesehatan?

Dahulu, Mahatma Gandhi membangun India dengan tidak memberikan janji yang mulukmuluk. Beliau hanya memberikan satu janji yang dapat beliau tepati
yaitu dengan memberikan pendidikan gratis. Dengan adanya akses pendidikan yang mudah, walaupun hasil untuk pembangunan tidak dapat terlihat untuk jangka pendek, namun India sekarang sudah sangat lebih baik dari sisi SDM dibandingkan Indonesia, jika masyarakat Indonesia membuat hardware untuk komputer, masyarakat India membuat softwarenya.

Betapa jauh ketimpangan itu terjadi. Padahal India memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Indonesia, jumlah penduduk yang banyak, korupsi, kemiskinan. Dan kebijakan yanng dikeluarkan dari Mahatma Gandhi dilakukan dengan fokus, konsisten dan kontinyu, sehingga dapat memberikan hasil yang baik untuk negaranya.

Sekali saja menyanyikan baitbait "pada mu negeri" 
Nyanyikan sekali lagi dengan sepenuh hati, Sesaat sebelum kita lupa
Apa hakikat kita dilahirkan di dunia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar