2 Mei 2011

Ough..Please Don't.


Saya kemaren sedang ingin membeli sesuatu di sebuah minimarket dan untuk menuju kesana harus melewati jembatan penyebrangan yang sekaligus memiliki fungsi sebagai shelter busway.
Nah waktu melewati jembatan itu, saya melihat suatu kejadian, seorang neneknenek dipaksa oleh satpol PP untuk ikut masuk ke dalam mobil petugas, mungkin mau dipindahkan ke panti jompo atau dipulangkan kembali ke daerah atau keluarganya.

Saya pikir banyak sekali masyarakat miskin di Jakarta yang tidur di jembatan, menjadi pengemis, pemulung dan pengamen, namun saya tidak bisa membedakan mana yang benarbenar melakukan hal tersebut (karna tidak ada akses untuk mendapatkan pekerjaan dan hunian yang layak dan menjadi kemiskinan akut) dan mana yang di organisir oleh badan oportunis.

Jadi miris memang jika melihat kenyataan sosial tersebut. 
Kadang ada juga orang yang sengaja menjadikan pengemis untuk pekerjaannya, namun sepertinya dia masih dapat untuk mendapatkan pekerjaan lain yang layak.
Saya tidak mengerti, ini bagian dari moral hazard masyarakat kita ataukah memang pemerintah tidak dapat memberikan solusi untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran?

Dulu, waktu jaman saya masih jadi mahasiswa yang sering dikerjai dosen untuk menghitung jumlah kendaraan di jalan dalam kurun waktu tertentu ( kondisi di perempatan jalan yang dimana disitu banyak pengamen dan pengemis), saya menemukan fakta yang menarik, dimana saya dulu ngendon tanpa mendapatkan uang sepeserpun (tapi dapat pengalaman), dalam waktu 2 jam saja, pengamen itu mendapatkan uang skitar hampir 200 ribu, jika mereka melakukan hal tersebut dalam waktu 8 jam sehari (hitungan orang kerja normal di kantor), sehari bisa 800 ribu?! saya melihat dan mendengar sendiri mereka menghitung uang recehan yang dikumpulkan *ini mereka yang salah hitung apa saya yang salah dengar?* pantas saja waktu stasiun tv diungkap kalo ada desa pengemis yang rumahnya bagusbagus, saya jadi semakin kuat memegang fakta tersebut dan menjawab pertanyaan saya sendiri mengapa mereka mau melakukan hal itu, walaupun banyak pekerjaan yang bisa dilakukan.

Kmaren dulu, ada kejadian biasa juga, oportunis masyarakat miskin.
Sewaktu saya berjalan pulang, ada seorang pria yang sering saya lihat membawabawa "rumah"nya yang berupa gerobak dan ditinggali bersama istrinya yang berkepala botak. *beneran botak karna katanya ga punya uang buat beli shampo* serta sering tidur di pinggiran jalan, pria tersebut tergeletak di tengah jalan karna mungkin terserempet oleh kendaraan bermotor. *saya melihat sudah dikerumuni orang dan dia sudah terbaring di jalan*
Si pengendara tersebut turun dan melihat keadaan si pria tersebut, dan ketika ditanya gimana keadaannya, dia bilang sakit dan tidak bisa berdiri, ketika mau dibawa ke rumah sakit, pria tersebut menolak, dia meminta sejumlah uang, rokok dan minuman keras. wadduuhhhh..!!

Bingung dan semakin bingung, mengapa hal ini bisa terjadi? 
Mau dibawa kemana nantinya masa depan negara *halah, sok banget*
Masalah agama atau kurangnya akses pendidikan mereka bisa menjadi seperti itu?
Dan benar, pembangunan tidak dapat dijalankan oleh satu atau dua aktor saja, namun seluruh masyarakat dan pihak harus melakukan hal tersebut, harus ada koordinasi yang jelas antara satu pihak dengan pihak yang lain, sehingga menjadikan pembangunan itu menjadi selaras, serasi dan seimbang, idealnya.. tapi untuk mendapatkan sesuatu yang ideal itu tidak gampang kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar