8 Juni 2011

crik kicrik

Beberapa malam lalu, ketika saya dan teman sedang menunggu giliran untuk mendapatkan martabak yang kami inginkan, ibatiba datanglah seorang anak kecil bersama ibunya yang juga tengah menggendong anak kecil lain.

Ya,
Mereka sedang mengamen, Ibunya menyanyi dan anaknya membawa kicrikan serta meminta uang pada yang mendengarkan

Kemudian saya bertanya pada teman saya :
'apa program PKH kita masuk ke dalam golongan ini?'
teman saya menjawab :
'susah, kalo kita memaksa anaknya untuk masuk sekolah, walopun kita memberikan mereka uang penggantinya, sepertinya belum cukup untuk menggantikan penghasilan per jam yang didapat oleh mereka.'

Saya jadi bingung, apa yang seharusnya kita bisa lakukan untuk memberikan masyarakat miskin tersebut hak nya?
Hak untuk mendapatkan pendidikan,
Hak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan,
Hak untuk mendapatkan hunian dan lingkungan yang layak.

Saya pikir,
Pemerintah seharusnya tidak menyamaratakan kebutuhan pendidikan untuk seluruh anak usia sekolah di seluruh Indonesia, karena karakteristik masyarakat kita berbeda.
contohnya aja masyarakat nelayan di kawasan pesisir, mereka 'mengangkut' seluruh keluarganya untuk ikut melaut karena pulangnya aja tidak menentu. tergantung hasil tangkapan, kalo dengan begitu, apa anakanak tersebut harus dipaksa untuk masuk sekolah reguler?
bagaimana pula dengan anakanak usia sekolah yang berada di pedalaman Kalimantan, Sumatra, Sulawesi dan Papua? dimana jarak antara sekolah dengan rumah harus ditempuh dengan jarak yang berkilometer jauhnya tanpa adanya infrastruktur serta sarana prasarana publik yang mendukung?
*katanya tiap pemerintah daerah bikin SWOT untuk pengembangan wilayah fisik maupun non fisiknya, tapi koq tidak terlihat ya? begitu pula dengan mapping kantongkantong kemiskinan, banyak yang lost tuh*

Kemarin saya melihat sebuah artikel di koran online, dimana koran tersebut mengatakan bahwa :
Indonesia harus belajar dari Brazil, untuk masalah pendidikan.
kenapa?
karena Brazil memberikan layanan kepada masyarakatnya yang berada di daerah terpencil (daerah utara Brazil mayoritas merupakan hutan amazon dan masyarakat miskin pedesaan paling banyak berada di daerah ini) dengan mengirimkan guruguru (relawan tapi dibayar dan dimonitor oleh negara) agar anakanak disana mendapat pendidikan yang layak.

di Indonesia,
guruguru yang berada di pedalaman sana, benarbenar merupakan pahlawan tanpa tanda jasa.
mereka 'masuk' kesana karena kesadaran mereka sendiri, tanpa adanya perhatian dari pemerintah.

Mereka yang berada di bangunan atap lengkung berwarna hijau (yang katanya hampir roboh dan harus dibangun lagi dengan segala 'fasilitas mewah' itu), mengagungagungkan nama Pancasila, UUD 45.
Apakah mereka tau kesakralan atas itu?
*kalo mereka tau, tolong lihatlah masyarakat kita yang belum mendapatkan kesetaraan itu masih sangat banyak*
Otonomi dan desentralisasi di Indonesia yang sudah berjalan selama ini belum dapat mengurangi kesenjangan tersebut, namun semakin lama kesenjangan tersebut semakin terlihat melebar.
Kita negara yang kaya tapi miskin.

Tidak, saya tidak akan menggantungkan harapan untuk merubah bangsa dan negara ini kepada mereka yang sekarang ini menjadi wakil rakyat.
Tapi lebih pada gerakangerakan nyata dari masyarakat 'bawah' yang tidak pernah mereka pedulikan kecuali pada saat kampanye saja.
Mari berjuang generasi muda Indonesia untuk mewujudkan kehidupan Indonesia menjadi lebih baik!
*ini juga lagi kampaye lhoo* *err, menyemangati diri sendiri lebih tepatnya*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar