19 April 2011

Agriculture in Urban Area?







Tingginya urbanisasi juga akan membawa kemiskinan dalam perkotaan dan jika terjadi terus menerus akan terjadi kerawanan pangan. Pada tahun 2020, urban area di negara-negara berkembang Afrika, Asia, dan Amerika Latin akan menjadi rumah bagi sekitar 75% dari seluruh penduduk , dan delapan dari sembilan kota diantisipasi mega-dengan populasi lebih dari 20 juta dan diperkirakan pada tahun 2020, 85% masyarakat miskin di Amerika Latin, dan sekitar 40-45% dari orang miskin di Afrika dan Asia akan terkonsentrasi di urban area. dan kebanyakan kota di negara berkembang mengalami kesulitan besar untuk mengatasi dengan perkembangan urbanisasi ini dan tidak dapat menciptakan kesempatan kerja formal yang memadai bagi masyarakat miskin, urban area juga memiliki tambahan masalah dengan pembuangan limbah perkotaan dan air limbah dan udara menjaga dan kualitas air sungai.

Urban area, selama ini dikenal sebagai kawasan konsumsi tinggi untuk pangan tanpa dapat memproduksinya kembali dan bergantung pada supply rural area, padahal rural mulai ditinggalkan karena lapangan kerja yang terbatas, tidak adanya investasi yang masuk karena buruknya infrastruktur dan jaringan telekomunikasi, jika ini terjadi secara terus menerus, maka akan terjadi kerawanan pangan dan dibeberapa Negara sudah mulai mengalaminya.
Untuk itu, diperlukanlah suatu gerakan yang bernama urban agriculture alias membawa kegiatan pertanian ke dalam urban. Urban yang selalu dikenal dengan kegiatan sekunder dan tersiernya, harus menerima kegiatan primer untuk mempertahankan kebutuhan pangan.
Pertanyaan mendasar adalah apakah bisa? mengingat penggunaan ruang di urban area yang sangat padat ditambah dengan kegiatan masyarakat yang sangat sibuk?
Urban Agriculture Skala Makro
Urban Agriculture Skala Meso
Urban Agriculture Skala Mikro


Jawabannya pasti bisa, penggunaan lahan perkotaan di Indonesia cenderung sprawl, sehingga banyak sekali vacant land, mengapa kita tidak memanfaatkan vacant land itu untuk kegiatan pertanian? (asal bukan pertanian ganja) , pemerintah juga dapat memanfaatkan lahan marginal seperti pinggiran rel kereta, sempadan sungai agar tidak digunakan sebagai permukiman liar sebagai lahan pertanian.

Jika kita lihat dari segi ekonomi, pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi seharihari yaitu antara 60% sampai 70%, jika sayur, buah ataupun ikan dapat diproduksi sendiri tanpa membeli dari pasar atau pasar swalayan akan dapat menghemat pengeluaran sehingga masyarakat bisa menabung atau menggunakannya untuk keperluan lain seperti pendidikan, kesehatan ataupun perumahan. Harga pangan kita semakin meningkat karena tingginya biaya produksi, kurangnya produksi, konversi lahan dan tingginya transport cost, jika beberapa sektor bisa ditekan, misalnya untuk transport cost dari desa ke kota, maka biaya pangan akan lebih terjangkau. Ini yang coba kita implementasikan, jika pertanian dihadirkan di kota, maka transport cost lebih rendah daripada membawa produksi pangan dari desa ke kota, selain itu kualitas pangan akan lebih baik karena tidak terlalu lama dijalan.
Dengan adanya urban agriculture berarti akan mengembangkan ekonomi lokal, kegiatan ekonomi mikro pun akan tumbuh karena akan terjadi kegiatan input pertanian, pengemasan sampai pada kegiatan pemasaran, dimana yang akan berperan banyak disini adalah wanita (karena wanita lebih suka bercocoktanam daripada lakilaki), dan dampak akhirnya nanti dapat mengurangi kemiskinan. 

Urban agriculture juga akan berdampak pada ekologi urban, karena dengan bertambahnya banyak tanaman, maka dapat menyerap polusi. Limbah juga akan berkurang karena dengan adanya kegiatan ini, pengolahan sampak organik rumah tangga menjadi pupuk kompos akan meningkat sehingga dapat mengurangi volume sampah urban. Pemerintah dan stakeholders akan lebih memperhatikan masalah limbah cair, karena dengan limbah yang diolah dengan benar akan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian (sebagai irigasi karena terbatasnya ketersediaan air di urban area), ditambah lagi mereka juga tidak ingin kan, kalau makanan yang akan masuk ke perut mereka terkontaminasi oleh limbah yang mereka hasilkan sendiri?

Kita dapat mengembangkan urban agriculture dalam sekala mikro terlebih dahulu, yaitu rumah tangga, kita bisa memaulai menanam sayuran atau buat dari plastic bag, dan jika ini berhasil, dapat dikembangkan pada skala yang lebih besar, manfaatlain yang akan kita dapat adalah urban area akan lebih sustainable dengan segala penanganan limbah dan kegiatan, sehingga akan lebih nyaman dihuni. So, dare to try?

1 komentar:

  1. saya suka dengan pemikiran yang terlontarkan. lebih baik kita sadarkan aja para pemilik hunian untuk beralih ide dari sekedar tanaman hiasan yang biasa di tanam yang hanya memiliki nilai kebangaan. nah kita ubah dari tanam hias ke tanaman sayuran yang kita tata sedemikian rupa sehinga menjadikan taman yang cantik nan produktif. coba liat misalkan di purimension aja tamannya berubah menjadi taman produktif berapa banyak sawi yang bisa kita dapat pastilah fantastis. dan lagi kalau tanaman sayuran itu ada jangka waktu hidupnya. sehinga kita tidak akan bosan dengan taman kita karena satu saat ada cabe merah memerkah ada di lain waktu bulet-bulet sitomat yang lagi nongol. ya semua ada plus minusnya, minusnya kita harus merawat lebih disiplin taman kita. yang kecenderungan orang kota malas dengan namanya yang ribet.

    BalasHapus