18 April 2011

Priit..!! Priit..!!

Kendaraan di perkotaan, tiap harinya mengalami peningkatan, jika tidak diimbangi dengan penambahan luas jalan akan menimbulkan kemacetan. Tapi permasalahan bukan hanya pada kemacetan dan lingkungan, namun juga dalam penggunaan ruang, terutama parkir.

Ruang parkir on street di Jakarta kalau tidak diatur dengan baik akan menimbulkan masalah dalam kelancaran lalu lintas karena dengan sistem parkir yang tidak tertata dengan baik malah menyebabkan kepadatan lalu lintas, waktu pemilik kendaraan untuk parkir dengan kondisi jalan yang padat akan menambah wakt tempuh perjalanan, di sisi lain, jumlah ruang parkir on street semakin hari tidak bertambah, namun semakin hari semakin berkurang karena digunakan untuk busway.

Jakarta, sepertinya harus mengurangi parkir on street dengan melihat pertambahan jumlah kendaraan seperti ini, namun pasar kendaraan pribadi tidak dapat kita batasi, karena masyarakat membutuhkan kendaraan pribadi untuk mobilitas mereka yang tinggi, disisi lain, pemerintah belum dapat menyediakan angkutan public yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan parkir adalah dengan menyediakan gedung parkir yang jelas akan menghemat luasan ruang, tetapi dengan catatan gedung parkir tersebut harus terkoneksi antara lokasi kegiatan. Memang tidak mudah untuk melaksanakan itu, namun pengelola gedung atau pusat kegiatan juga harus bertanggung jawab dalam ketersediaan lahan parkir, mereka harus memperkirakan kebutuhan lahan parkir untuk menampung kegiatan yang ada di dalamnya, tentu saja dengan berbagai asumsi pertambahan jumlah kendaraan dan jumlah penduduk yang beraktivitas di dalamnya, sehingga tidak akan menggangu kelancaran lalu lintas dan kemanan kendaraan itu sendiri.

Gedung parkir sebenarnya akan memberikan banyak manfaat bagi pengguna karena kendaraan akan aman, kepadatan lalu lintas berkurang, sehingga jalan menjadi lebih lancar dan waktu tempuh perjalanan akan berkurang. Dengan memaksa pengendara untuk berjalan kaki ke lokasi kegiatan, akan mengurangi kepadatan kendaraan di jalan dan kalau mereka keberatan untuk jalan kaki, mereka harus menggunakan kendaraan umum. Pemilik lokasi kegiatan juga dapat memberikan layanan feeder atau shutle bus untuk membantu para pemilik kendaraan sehingga keduanya akan diuntungkan. memang tidak mudah, namun pelanpelan harus dilaksanakan. 

Kondisi on street parkir di Jakarta saat ini juga masih memprihatinkan, tidak adanya sarana parkir seperti rambu garis parkir, garis marka parkir, papan retribusi, jalur tunggu, gardu parkir, kurangnya juru parkir dan manajemen parkir yang tidak jelas, karena seringkali juru parkir tidak memberikan karcis parkir pra pengguna atau yang sering terjadi juga adalah satu karcis parkir bisa digunakan berkalikali, sehingga tidak terlihat jumlah penerimaan daerah yang sebenarnya dari sektor ini.

Kalau kita melihat dari sisi pendapatan parkir yang dikelola oleh pemerintah daerah, sepertinya banyak potensi yang lepas disini. Dengan pertambahan jumlah kendaraan setiap tahun, dan jumlah ruang parkir yang semakin lama semakin berkurang, seharusnya terjadi pertambahan pendapatan, namun yang terjadi adalah target dan realisasi beberapa tahun ini seperti stagnan. Dengan melihat kondisi yang masih lemahnya metode pemungutan retribusi parkir menyebabkan jumlah penerimaan yang tidak sesuai dengan potensi pendapatan yang sesungguhnya atau malah terjadi keocoran penerimaan pendapatan dari retribusi parkir.
Nampaknya sistem yang ada harus di evaluasi kembali, sudah sesuai atau belum dengan kondisi sekarang ini, jangan sampai dengan menggunakan metode lama, malah pemerintah daerah merugi, padahal penerimaan daerah tersebut juga akan dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk pembangunan dan programprogramnya.

Notes : thanks to Mrs. Reni S. luv u. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar