1 April 2011

Cultural City






Menurut data di Global Report on Human Settlement 2009 (UN Habitat), salah satu hal yang paling penting di negara berkembang saat ini adalah tingginya proporsi generasi muda, namun yang paling disayangkan adalah generasi muda sekarang ini hanya sedikit yang paham mengenai budaya. Minat generasi muda terhadap budaya bangsa sudah mulai luntur karena pengaruh globalisasi dan di satu sisi, benteng pertahanan kita akan serangan dari luar sangat lemah.

Generasi muda sekarang lebih suka nongkrong di mall, mencoratcoret dinding, tawuran dan berbagai aksi lainnya yang terkadang dapat memberikan dampak negatif bagi kota dan mereka sendiri, karena energi mereka yang sangat berlebih, jika tidak disalurkan akan memicu pada potensi kenakalan remaja.

Di sisi lain, perkotaan juga sangat sedikit memiliki ruang yang dapat menampung kegiatan para generasi muda dan memberikan tempat untuk pembinaan budaya. Pembangunan mall hanya memberikan keuntungan bagi segelintir pihak, membuat gini keofisien semakin besar dan ini sangat rawan untuk kelangsungan perekonomian dan kemanan kita di masa mendatang, padahal banyak mall yang hampir mati karena sepinya pengunjung atau kalah brsaing dengan banyaknya mall diluar sana. Museum yang kurang terawat karena kurangnya pendanaan dan koleksi yang monoton, kurang berkembangnya kesenian lokal karena kurangnya perhatian pemerintah dan sarana prasarana yang tidak mendukung.

Kesenian lokal banyak yang mati karena tidak adanya penerus, selain itu, kesenian tersebut terlalu 'saklek' dan kurang dinamis untuk mengikuti jama, begitu pula dengan kemasan cerita atau penampilan yang ada, sehingga budaya kita kalah bersaing dengan budaya dari luar.

Hal ini memiliki implikasi terhadap urban planning and development.
kita harus dapat melihat fenomena demografi untuk penataan ruang public dan fasilitasfasilitasnya. Integrasi antara kebutuhan ruang untuk generasi muda yang dapat dibaurkan dengan kegiatan kebudayaan asli daerah, diharapkan dapat menciptakan cultural city, sehingga kita tidak kehilangan akar budaya kita dan budaya lokal dapat bertahan dari waktu ke waktu.

Konsep Kota Budaya atau cultural city sering kali diidentikkan dengan Kota Sejarah atau heritage, padahal konsep Kota Budaya jauh lebih luas dibandingkan dengan kota sejarah atau heritage, karena heritage merupakan salah satu komponen dari Kota Budaya tersebut. beberapa komponen kota yang menjadi daya tarik Kota Budaya antara lain adalah museum dan wisata heritage, distrikdistrik budaya (pecinan, kampong arab, dll), masyarakat etnis dan kawasan hiburan. Sama seperti konsep tourist historic city, pengembangan konsep cultural city juga sarat dengan upaya konservasi asset budaya, tengible maupun intangible.

Sarana pendidikan yang merupakan tempat untuk pembentukan kualitas sumber daya manusia juga memiliki andil yang besar. sarana sekolah sekarang ini dijadikan ajang bisnis dan gengsi, banyak yang tidak menyentuh sisi kebutuhan siswanya untuk mengembangkan diri dibidang akademis, misal olahraga dan kesenian ditunjang dengan kurang perhatian pemerintah untuk sarana prasarana penunjang.

Lebih baik, jika kotakota kita memiliki sarana penunjang untuk kegiatan seni, budaya dan olahraga. Contohnya kota Yogyakarta yang membangun Taman Pintar untuk sarana rekreasi yang mendidik, lomba mural untuk memfasilitasi urban art, Museum Benteng Vre de Berg yang sering digunakan untuk pameran, pertunjukan kesenian sampai pertunjukan band anak muda, lokasi jalan malioboro yang menjadi surga bagi artis jalanan. Untuk di Jakarta Kita bisa melihat Taman Menteng yang menjadi lokasi ruang kreasi anak muda.
Banyak yang menyayangkan bangunanbangunan heritage perkotaan dihancurkan oleh pemerintah setempat hanya untuk membangun sebuah mall, hanya untuk keegoisan ekonomi sesaat, tanpa mereka tahu bahwa bangunan heritage juga dapat menjadi tambang emas bagi pemerintah daerah jika mereka jeli?

Kawasan Cultural yang sering dipandang menjadi kawasan kumuh, jika direvitalisasi akan menjadi suatu obyek yang menarik dan dapat mengenerate kegiatan baru yang bermanfaat. di satu sisi, pemerintah juga harus kreatif untuk menciptakan desain bagi perpustakaan kota dan museum bagi eksterior maupun interiornya sehingga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi suatu kota. Pentingnya penciptaan dan penataan ruang yang dapat menjadi wadah bagi perkembangan budaya dan kegiatan anak muda menjadi salah satu tugas pemerintah kota jika tidak ingin kearifan lokal tersebut mati dan memberikan kesadaran bagi seluruh masyarakat untuk ikut menjaga kelestarian budaya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar